IPM FOR ALL

IPM FOR ALL
logo

Rabu, 04 Juli 2012

12 Langkah Agar Puasa Kita Sempurna

Agar puasa kita dapat sempurna ada beberapa tips yang mesti kita perhatikan. Untuk itu Al-Madina mencoba mengangkat sebuah tulisan dari Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Jarullah dalam buku beliau yang berjudul Risalah Ramadhan tentang langkah-langkah menggapai kesempurnaan ibadah puasa yang berisikan:
1. Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama berpuasa. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah."
(HR. Bukhari dan muslim)
"Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang ". (HR. Ibnu Khuzaimah)
2. Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati untuk itu anda hendaknya telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit sebelum terbit fajar, agar anda tidak ragu-ragu.
3. Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Manusia ssenantiassa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur" (HR. Al Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi)
4. Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.
5. Manfaatkan bulan ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah diturunkan di dalamnya, yakni membaca Al Quran.
"Sesungguhnya Jibril alaihis salam selalu menemui Nabi shallallahu alaihi wa salllam untuk membacakan Al Quran baginya."
(HR. Al Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu)
Dan pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi kita.
6. Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. Al Bukhari)
7. Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya cepat marah dan emosi hanya karena sebab yang sepele, dengan dalih bahwa engkau sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang, tidak emosional. Dan jika anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat, ia jangan anda hadapi dengan perbuatan serupa. Nasehatilah dia dan tolaklah dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kamu berpuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata: Sesungguhnya aku sedang berpuasa".
(HR. Al Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan)
Ucapan itu dimaksudkan agar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang mengumpatnya. Disamping, juga mengingatkan agar ia menolak melakukan penghinaan dan caci-maki.
8. Hendaknya anda selesai dari puasa dengan membawa takwa kepada Allah, takut dan bersyukur kepada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agama-Nya. Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi anda sepanjang tahun. Dan buah paling utama dari puasa adalah takwa, sebab Allah berfirman: "Agar kamu bertakwa"(Al-Baqarah: 183).
9. Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai, dan mematahkan nafsu dari keinginan. Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu berkata:
"Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kamu berpuasa, jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa".
10. Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari yang haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal, tetapi kamu berbuka dengan yang haram.
11. Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu lebih baik dan lebih banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding pada selain bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan ketika di bulan Ramadhan.
12. Ucapkanlah Bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo'a:
"Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan atas rezki-Mu aku berbuka. Ya Allah terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Jumat, 08 Juni 2012

demi waktu

Artikel Islami

DEMI WAKTU !!! baca ini dengan penuh makna ya IPMania



Allah berfirman : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran." (Al Ashr: 1-3).



Akhi ukhti fillah….
Perlu diketahui, sesungguhnya modal bagi seorang muslim dalam mengarungi kehidupannnya di dunia ini adalah kesempatan waktu yang sangat singkat, denyut-denyut jantung yang terbatas, dan hari-hari yang terus berganti. Dan akan menjadi suatu keberuntungan baginya, jikalau ia mau memanfaatkan kesempatan dan detik-detik waktu tersebut untuk kebajikan. Pada hakekatnya waktu bagi manusia adalah usianya. Waktu adalah inti hidupnya yang abadi. Berjalannya waktu, tak ubahnya seperti awan. Jika waktu dimanfaatkan untuk Allah dan menyembah-Nya, maka itulah nilai yang paling mahal untuk umurnya. Dan apabila waktunya dimanfaatkan untuk hal yang tak berguna, maka nilai umurnya tak lebih seperti umur binatang. Dan kematian baginya lebih baik daripada hidupnya. Dan perlu akhi ketahui pula, kalau umur manusia di dunia ini seperti musim tanam di dunia dan memetik hasil tanaman di akherat nanti.

Akhi ukhti fillah…
Tentunya akhi tahu, kalau Allah sesungguhnya pernah bersumpah dengan waktu. Dan sesungguhnya sumpah yang pernah diucapkan Allah melalui firman-firman Nya, mengisyaratkan bahwa manusia sangat akrab dengan keburukan dan malapetaka dikarenakan terlena dari kejapan masa. Sumpah Allah pun juga mengisyaratkan tentang kemuliaan dan ketinggian waktu. Perlu Akhi ketahui, kalau kesengsaraan dan kerugian yang menyertai manusia dikarenakan oleh sikap menyia-nyiakan waktu. Padahal bukankah usia manusia sangatlah pendek?. Tetapi, setiap detik usia yang dilewati akan dipertanggungjawabkan kelak di hari kiamat nanti. Rasulullah Saw pernah bersabda : "Kedua kaki seorang hamba tidak akan melangkah pada hari kiamat sehingga ia ditanya terlebih dahulu tentang empat perkara yaitu; tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya, untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang ilmunya, untuk apa ia gunakan."

Akhi ukhti fillah…
Hari demi hari silih berganti, malam demi malam saling mengikuti, dan begitu seterusnya. Dan manusia adalah musafir yang sedang menelusuri perjalanan yang ditemani waktu hingga sampai pada titik akhir perjalanan. Dan setiap orang adalah bagian dari kafilah umat yang terus berjalan silih berganti dari generasi ke generasi dan berakhir pada suatu tempat yaitu surga dan neraka. Seorang musafir yang bijak, pastinya menyadari bahwa perjalanan adalah tugas berat dan penuh tantangan yang tidak mungkin untuk dapat dinikmati dengan indah. Sebab kenikmatan akan ada setelah ia sampai ke tempat tujuan. Dan ia pun akan menyadari bahwa setiap detik yang dilaluinya dan setiap kaki yang melangkah dalam perjalanannya tidak mungkin berhenti. Sehingga Ia pun harus terus mempersiapkan diri dengan bekal yang cukup.

Akhi ukhti fillah…,
Suatu ketika Ali Ra, pernah berpesan kepada para sahabatnya : "Dunia telah pergi meninggalkanmu dan akhirat akan datang menjemputmu. Dunia dan Akhirat mempunyai hamba saudaraku!, maka jadilah engkau hamba akhirat, dan jangan pernah kau menjadi hamba dunia. Sebab hari ini (baca; dunia) adalah amal bakti, bukan perhitungan yang dirinci. Sedangkan esok hari (baca;Akhirat) adalah perhitungan bukan amal bakti."

Akhi ukhti fillah…
Ada dua saat dimana manusia menyesali dirinya, yang pertama adalah, saat menanti ajal tiba yaitu, ketika manusia sedang berada dalam keadaan akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat. Dan kadangkala manusia berandai untuk diberi sekejap waktu agar dapat memperbaiki kekurangan dan menebus apa yang terlenakan. Dan yang kedua adalah, di akhirat kelak, dimana seluruh amal perbuatan diberi balasan.

Akhi ukhti fillah…
Memang sering terlintas dipikiran dan di benak, untuk apa kita hidup?, dan ternyata pertanyaan itu dijawab seorang sahabat bernama Abu Darda, "Seandainya bukan karena tiga hal, aku tidak ingin hidup meskipun hanya satu hari. Siang hari aku dahaga pada Allah dengan menghindari larangan-Nya, bersujud di tengah malam, dan bergaul dengan orang-orang yang memilih tutur kata yang manis seperti memilih kurma yang baik."
Umar bin Abdul Aziz melukiskan bahwa, Kehidupan di dunia ini bukanlah suatu keabadian. Dimana Allah menentukan kefanaan dunia dan kepergiaan makhluk-Nya menuju satu titik perjalanan. Tetapi berapa banyak bangunan kokoh yang dihancurkan karena alasan melenakan. Dan berapa banyak pula kesenangan hakiki ditinggalkan demi ilusi yang tak berarti. Maka pergilah mengarungi perjalanan, dengan kesiapan dengan kesiapan yang baik menghadapi rintangan dan berbekallah dengan ketakwaan sebab ketakwaan adalah sumber kebaikan.

Maka dari itu Akhi ukhti fillah…
Sebuah pesan jujur dan nasehat yang mulia pernah terlontar dari seorang Fadhil bin Iyadh, ia berkata : "Berpikirlah dan berkaryalah sebelum datang penyesalan. Jangan terpesona oleh gemerlap dunia, karena dunia pasti akan menipunu !"
Begitupun Umar bin Abdul Aziz berpesan : " Jadilah orang asing, di negeri asing ini (baca; dunia), dengan itu, pikiranmu akan selalu tercurah untuk membekali diri dan mempersiapkan diri untuk kembali lagi. Atau bersikaplah engkau dinegeri asing ini seperti pengembara seorang diri yang tidak bermukim sama sekali. Sehingga di siang dan malam, engkau terus berjalan menyusuri dunia ini menuju satu tujuan.



(Sumber : Jurnal MQ Vol. II/No.2/JUNI 2002)

Rabu, 06 Juni 2012

MAHABBATULLOH

Artikel Islami

MAHABBATULAH


Hanya Alloh semata yang berhak mendapatkan cinta.
Al Ghozali berkata: “ Siapa yang mencintai selain Alloh SWT, bukan karena adanya keterkaitan kepada Alloh, maka hal itu adalah karena kebodohan dan kekurangannya dalam mengenal Alloh SWT. Dalam pandangan orang-orang yang memiliki basiroh, pada hakikatnya tidak ada kekasih kecuali Alloh SWT.dan tidak ada yang berhak mendapatka cinta kecuali Dia. Hal ini karena adanya lima sebab yang semuanya terhimpun pada hak Alloh dan tidak terdapat pada selain-Nya. Kecuali salah satu saja diantara kelima sebab tersebut.
Kelima sebab tersebut adalah :

01. Sebab Pertama
Yaitu manusia mencintai dirinya sendiri, mencintai kesempurnaannya, kelanggengan exsistensinya dan membenci hal-hal yang dapat menghancurkan , meniadakan , mengurangi atau memutuskan kesempurnaannya. Hal ini menuntut adannya puncak cinta kepada Alloh SWT. Karena orang yang mengetahui dirinya dan mengetahui Tuhannya pasti mengetahui bahwa kelanggengan eksistensi dan kesempurnaan eksistensinya berasal dari Alloh SWT. Kembali kepada Alloh dan dengan karunia Alloh. Cinta adalah buah pengetahuan (ma`rifah) bila pengetahuan tidak ada, cintapun tidak ada. Hasan al Bashri rahimahumulloh berkata:
“ Siapa yang mengetahui tuhannya, pasti mencintai-Nya dan siapa yang mengetahui dunia pasti menjauhinya.”

02. Sebab Kedua
Adalah cintanya kepada orang yang berniat baik kepadannya, lalu ia mengasihinya dengan hartanya, memperlakukannya secara lemah lembut dengan omongannya, memberinya bantuan dan pembelaan, menghalau musuh-musuhnya, menghindarkan bahaya dari dirinnya. Dan mencari segala saran untuk membantunya mencapai semua tujuannya. Hal ini menuntut agar dia tidak mencintai selain Alloh SWT. Karena jika dia benar-benar mengetahui niscaya dia akan menyadari bahwa yang berbuat baik kepadanya hanya Alloh semata. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat An Nahl :18 “ Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Alloh niscaya kalian tidak dapat menentukan jumlahnya.”
Jika tabiat manusia mencintai orang yang berbuat baik kepadanya maka seharusnyalah orang yang arif tidak mencintai kecuali Alloh SWT.karena Dia –lah semata yang berhak atas cinta ini.

03. Sebab Ketiga
Adalah cinta anda kepada orang yang berbuat baik terhadap dirinya sendiri sekalipun kebaikannya itu tidak sampai kepada diri anda. Hal ini menuntut agar ia tidak mencintai selain Alloh sama sekali kecuali dari segi kaitannya sebagai salah satu perantara, karena Allohlah yang berbuat baik kepada semua pihak dan berjasa atas semua makhluk.

04. Sebab Keempat
Adalah cinta kepada setiap keindahan. Keindahan terbagi menjadi dua:
• Keindahan gambar Zhahir yang dapat diketahui dengan mata kepala, hal ini bisa dicapai oleh anak-anak dan binatang.
• Keindahan gambar batin yang diketahui dengan mata hati dan cahaya bashiroh. Hal ini hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang memiliki hati dan tidak bisa dicapai oleh orang yang hanya mengetahui lahiriyah kehidupan dunia semata. Setiap keindahan pasti dicintai oleh orang yang mengetahui keindahan. Jika keindahan itu diketahui dengan hati maka ia adalah yang dicintai oleh hati. Contohnya adalah cinta kepada para Nabi, Ulama dan orang-orang yang berakhlak mulia. Keindahan orang-orang shiddiq yang secara tabi`i dicintai hati itu terpulang kepada tiga hal:
1/. Pengetahuan mereka tentang Alloh SWT, malaikat, kitab-kitab, para Rosul dan syariat-syariat para Nabi-Nya.
2/. Kemampuan / qudroh mereka dalam memperbaiki diri mereka sendiri dan memperbaiki para hamba Alloh dengan bimbingan dan pengaturan.
3/. Kesucian mereka dari berbagai hal yang hina, kotor dan syahwat yang menghalangi diri dari sunah-sunah kebaikan yang menyeret ke jalan keburukan.

Dengan ketiga hal inilah para Nabi, Ulama, Khalifah dan pemimpin yang adil dan mulia itu dicintai. Karena itu sifat tersebut haruslah dinisbatkan kepada sifat-sifat Alloh SWT.

05. Sebab Kelima.
Adalah munasabah (kesuaian) saling kenal adalah kesesuaian, sedangkan saling tidak kenal adalah ketidakcocokan sebab ini juga menuntut cinta kepada Alloh SWT.


Minggu, 03 Juni 2012

masuk neraka sebab lalat


Artikel Islami

Masuk Neraka sebab Lalat
Original data : percikan-iman.com

"Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Ada seseorang yang masuk surga sebab seekor lalat, dan ada pula seseorang yang masuk neraka sebab seekor lalat...."(HR Ahmad).Lebih
lengkapnya, marilah kita simak lanjutan hadis di atas. "Para sahabat bertanya, 'Bagaimana hal itu, wahai Rasulullah saw.?' Beliau menjawab, 'Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang tidak seorang pun diperkenankan melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban (persembahan). Ketika itu, mereka berkata kepada salah satu dari dua orang tersebut. 'Persembahkanlah kurban untuknya!' Dia menjawab, 'Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat aku persembahkan untuknya.' Mereka berkata kepadanya, 'Persembahkanlah meskipun seekor lalat.' Lalu, orang itu mempersembahkan seekor lalat dan mereka memperkenankan orang itu untuk meneruskan perjalanannya. Maka, dia masuk neraka karenanya. Kemudian, mereka berkata kepada seorang yang lainnya, 'Persembahkanlah kurban kepadanya.' Dia menjawab, 'Aku tidak patut mempersembahkan suatu kurban kepada selain Allah.' Kemudian, mereka memenggal lehernya. Oleh sebab itu, orang tersebut masuk surga'." (HR Ahmad).
Kita harus meyakini bahwa Allah adalah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, termasuk manusia. Banyak sekali bukti yang mendukung kebenaran hal tersebut. Di antaranya bahwa sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak mungkin ada dengan sendirinya, tetapi pasti ada yang menciptakannya atau ada yang menjadikannya dari yang tidak ada menjadi ada. Tidak mungkin kita, manusia, ada dengan sendirinya, atau tidak mungkin manusia yang telah menciptakan dirinya. Allah SWT menerangkan, "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang telah menciptakan diri mereka sendiri? Atau, merekakah yang telah menciptakan langit dan bumi …?" (Ath-Thur: 35--36). Bahkan, ada seorang sahabat Rasulullah saw. yang menerima Islam hanya sebab ayat ini. Yaitu, ketika Jabir bin Muth'im masih dalam keadaan musyrik, ia mendengarkan Rasulullah saw. membaca surat Ath-Thur hingga ketika sampai pada ayat tersebut dia merasa bahwa jiwanya seakan-akan terbang melayang. Itulah awal tertancapnya keimanan di hatinya. Gambaran tersebut kiranya cukup menjadi bukti bahwa hanya Allahlah pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena, selain Allah tidak ada yang mampu.
Selain menciptakan semua makhluk-Nya, Dia juga telah menyediakan rezeki untuk seluruh makhluk-Nya. Rezeki itu adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh mereka. Allah sungguh Maha Adil dan Bijaksana. Tidak ada satu makhluk pun tercipta, melainkan sudah ditentukan rezekinya. Kita bisa saksikan semut hitam yang kecil berjalan mondar-mandir dalam rangka mencari rezeki hingga akhirnya mendapatkannya.
Setelah menciptakan dan memberi rezeki kepada makhluknya, khususnya manusia, ternyata Allah tidak membiarkan mereka begitu saja. Akan tetapi, Dia mengutus seorang rasul yang membawa risalah bagi mereka pada tiap-tiap masa. Barang siapa menaati rasul itu, niscaya dia akan selamat dan masuk surga, tetapi barang siapa yang mendurhakai dan membangkangnya, maka dia akan celaka dan pasti masuk neraka. Hal inilah yang seharusnya disadari oleh manusia.
Allah telah menciptakan manusia, Allah juga memberi kesempatan kepada manusia untuk menikmati kehidupannya, namun Allah juga mengutus seorang rasul dengan membawa ajaran, aturan, dan pedoman hidup. Jadi, manusia tidak dibiarkan hidup begitu saja untuk melampiaskan hawa nafsunya tanpa aturan dan petunjuk. Jika demikian, apakah perbedaan antara manusia dan binatang. Di sinilah pentingnya seorang rasul yang diutus oleh Allah kepada manusia dengan membawa suatu risalah (ajaran). Maka, rasul harus dijadikan sebagai petunjuk bagi manusia agar manusia tidak keliru dalam menempuh dan menjalani kehidupannya.
Jika tidak mengikuti ajaran rasul, sangat mungkin dia akan melakukan kekeliruan dan kesalahan yang berakibat fatal. Baik hal tersebut dia sadari maupun tidak. Seperti kisah dari hadis tentang lalat di atas.
Hanya seekor lalat bisa menyebabkan seseorang masuk neraka. Sebaliknya, lalat juga bisa menyebabkan orang yang lain masuk surga.
Meskipun kelihatan remeh, hal tersebut pada hakikatnya merupakan hal yang sangat prinsip. Yaitu menyangkut masalah akidah. Jika manusia yang beriman tidak berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan menentukan sikap, tidak menutup kemungkinan ia akan sangat mudah terjerumus kepada hal-hal syirik yang bisa menggugurkan keimanannya.
Ketika Rasulullah saw. mengabarkan kepada para sahabat bahwa ada seorang yang masuk neraka karena lalat, mereka merasa heran karena seakan-akan hal tersebut adalah remeh. Tetapi, setelah diterangkan oleh Rasulullah saw., mereka menyadari bahwa sebab yang kecil bisa mengakibatkan seseorang terjerumus dalam kemusyrikan.
Ini menunjukkan besarnya bahaya syirik, dan bahwa syirik itu memastikan pelakunya masuk neraka.
Dalam hadis tersebut di atas diterangkan bahwa orang yang pertama masuk neraka karena ia mempersembahkan seekor lalat untuk sebuah berhala. Berhala adalah shanam, yaitu sesuatu yang dipahat dalam bentuk tertentu. Namun, di dalam kitab An-Nihayah disebutkan bahwa segala sesuatu yang disembah selain Allah, dan segala sesuatu yang menyibukkan manusia sehingga ia melupakan Allah, hal itu juga disebut berhala. Mempersembahkan sesuatu kepada (berhala dan lain-lainnya) selain Allah adalah kesyirikan yang nyata.
Mengapa pelaku syirik dipastikan masuk neraka, di dalam kitab Qurratu A'yun disebutkan bahwa karena ia menuju kepada selain Allah dengan hatinya dan tunduk kepadanya lewat amalannya, maka sudah pasti neraka akan menjadi bagiannya. Dalam sebuah hadis marfu dari Jabir disebutkan, "Barang siapa yang bertemu Allah tanpa syirik kepada-Nya sedikit pun, maka dia masuk surga. Dan barang siapa yang bertemu Allah dalam keadaan syirik kepada-Nya, maka dia masuk neraka." Jika hal ini berlaku untuk orang yang memberikan persembahan kepada berhala dengan seekor lalat, bagaimana dengan yang lebih dari itu.
Kita lihat fenomena kemusyrikan dewasa ini. Mereka tidak sekadar mempersembahkan seekor lalat, akan tetapi berupa onta, sapi, kambing, kerbau, dan lain-lainnya, yang mereka persembahkan untuk apa yang mereka sembah selain Allah, seperti untuk orang yang telah mati, untuk makhluk gaib, untuk para thaghut, untuk monumen, pohon, batu-batu, tempat-tempat keramat, dan lain-lainnya. Dan, mereka melakukan persembahan itu lebih hebat daripada perayaan persembahan kurban yang disyariatkan.
Jika dengan lalat saja bisa memasukkan pelakunya ke neraka, apalagi dengan sesuatu yang lebih besar darinya.
Terkadang seseorang jatuh ke dalam syirik yang menyebabkan dia akan masuk neraka tetapi tidak disadari, meskipun orang itu melakukannya hanya karena ingin terbebas dari kejahatan orang-orang yang durhaka dari para pemuja berhala maupun dari yang lainnya.
Di dalam kitab Fathul Majid diterangkan bahwa awalnya orang yang pertama itu adalah muslim. Tetapi, keislamannya batal akibat perilakunya itu.
Lain halnya dengan orang yang kedua, mereka menunjukkan keutamaan tauhid, keikhlasan, serta ketabahan dalam memegangi agama. Yaitu, ketika ia harus mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan akidahnya.
Hendaknya kita bisa mengambil hikmah dari kisah di atas. Kapan pun dan di mana pun juga kita harus tetap memegangi prinsip akidah kita meskipun nyawa taruhannya. Sebagai orang yang beriman, kita harus berani mengambil risiko keimanan seperti yang dilakukan oleh orang yang kedua. Walaupun harus mati, tetapi ia adalah yang utama, karena justru dengan kematiannya itu, ia akan mendapatkan balasan surga di sisi Allah SWT.
Tetapi, sebagian orang memilih kehidupan dunia ini dan membuang jauh-jauh kebahagiaan akhirat, seperti orang yang pertama dalam kisah di atas. Manusia melakukan hal tersebut bisa jadi karena ketidaktahuan mereka karena tidak mengikuti petunjuk yang dibawa oleh seorang rasul yang diutus kepada mereka.
Selain itu, hendaklah kita mengingat bahwa salah satu dari tiga hal yang apabila diamalkan oleh seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman. Yaitu, "Dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya, sebagaimana ia membenci kalau dilemparkan ke dalam api neraka."
(Alislam.or.id )
assalamu'alaikum IPMania. bwt yang mau download lagu2 ipm. clik aja di sini


untuk lebih lengkapnya clik di sini http://www.4shared.com/account/dir/m0chPUcQ/_online.html#dir=144752053

Selasa, 29 Mei 2012

istiqomah dalam kebaikan

Artikel Islami
Dari Aisyiyah ra, Rasulullah saw bersabda, “Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan, dan bergembiralah, karena amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga.” Tanya para sahabat, “Amal Anda juga begitu, ya Rasulullah?' Jawab Rasulullah, “Amalku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i).

Dalam hadits ini terdapat beberapa perintah atau nasihat yang bisa dipetik dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt:

Tingkatkan amal
Upayakan sekuat daya untuk meningkatkan amal perbuatan setiap saat. Berkomitmenlah pada jalan kebaikan (sidad). Kata sidad ditafsirkan sebagai kebenaran, atau selalu berorientasi pada tujuan dan jalan yang lurus, tidak berlebihan dan tidak meremehkan terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya.
Sikap berlebihan dan pemaksaan diri dalam melakukan amal, tak jarang dapat mengeluarkan seseorang dari jalur yang benar. Jenuh dan bosan.

Dekati kebenaran
Kebenaran menurut hujjatul Islam Imam Al-Ghazali bagai seberkas cahaya. Agar hidup ini senantiasa tercerahkan, dekati dan ambillah cahaya (kebenaran) itu. Jadikan kebenaran, sebagai pakaian dan teman kehidupan.

Kabar gembira dan Rahmat Allah
Ibsyar sama artinya dengan tabsyir, dengan kandungan makna: menggabarkan hal-hal yang menyenangkan dengan wajah berseri. Di sini Rasulullah menyuruh kita menanamkan rasa senang lantaran rahmat Allah yang melimpahi kita. Kaum beriman hendaknya tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Tetap memiliki jiwa optimistis dan maju, dengan rahmat-Nya itu. Dianjurkan untuk senantiasa bermunajat, kiranya Allah senantiasa menyelimuti dengan rahmat-Nya. Rahmat Allah inilah yang dapat mengantarkan pada keridhoan-Nya (surganya). Menjauhkannya dari siksa-Nya (neraka).

Sedikit Amal, tapi Langgeng
Melakukan perbuatan baik, setahap demi setahap, sama dengan membangun benteng diri yang kokoh. Ibarat menabung, tak terasa berjumlah banyak. Inilah amalan yang dicintai Allah, melakukan amaliyah yang terus-menerus meski hanya sedikit. Sedikit dalam beramal yang dilakukan terus-menerus juga sama dengan memupuk dan menyiram pohon iman sehingga ia akan tetap tumbuh segar dan tak layu. Alhasil, jiwa terus terangkat menuju derajat yang lebih baik (sempurna).

Senin, 28 Mei 2012

Merajut Cinta
Entahlah...
Entah dimana cinta itu bersembunyi
Bagai sebuah keluarga, namun sapaan tak pernah menyentuh hati
Lalu egois, tinggi hati, merambat perlahan meracuni

Menyatu dalam perbedaan memang tak mudah, merajut cinta dalam sebuah jama'ah kadang melelahkan jiwa. Letih, dan putus asa kadang menerpa, membuyarkan semua impian-impian indah. Padahal sungguh dahsyat, bahkan teramat dahsyat potensi yang dimiliki setiap jiwa, namun pupus saat disatukan. Orang-orang hebat, sholeh dan pintar yang mestinya menyatu dalam rajutan cinta, hanyalah seperti benang-benang kusut saat dirajut, tak ada keindahan saat mata menatap.

Berbeda...
Bukankah itu hal yang biasa? Keragaman dalam sebuah jama'ah semestinya menjadi sumber kreativitas, dengannya kita bangun samudera kebaikan. Layaknya pun sebuah bangunan, pastilah tersusun dari bahan olahan yang berbeda-beda, dan itu adalah kekuatan. Puncaknya adalah sebuah gerakan yang rapi, solid dan militan dalam sebuah jama'ah hingga mampu merubah kondisi jahiliyah menjadi penuh dengan rahmatnya Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kunci dari semua itu adalah rajutan cinta pada setiap hati kita, dengannya jiwa-jiwa akan selalu bersama mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Karena rajutan cinta pulalah, akan lahir manusia-manusia yang siap mengusung panji-panji dakwah dari berbagai latar belakang yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat rabbaniyah, penuh dengan curahan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rabbani yang bukan saja sebagai ghoyah (tujuan), namun juga meliputi wijhah (arah), masdar (sumber) serta manhaj (sistem).

Memang, merajut cinta dari setiap jiwa sungguh tak mudah. Namun, selama helaan nafas masih diamanahkan-Nya, bisakah seseorang mengingkari hati akan sebuah fitrah manusia?

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu pernah mengatakan bahwa, kekeruhan jama'ah jauh lebih baik daripada kejernihan individu. Kecerdasan individual pun tak akan pernah dapat mengalahkan kecerdasan sebuah jama'ah. Memang benar, perbedaan bukan sesuatu yang mustahil, namun yang diharapkan walaupun mempunyai kepentingan sendiri, jangan sampai menutupi kepentingan bersama untuk menegakkan qalam Ilahi di muka bumi.

Ikhwah fillah rahimakumullah,
Semua potensi yang ada pada setiap jiwa hendaknya ditata dengan baik dalam sebuah gerakan berjama'ah. Dari seuntai benang rajutan, akan tercipta i'tishom bihabliLlah, menyatunya hati dalam ikatan aqidah serta semangat ukhuwah sebagai landasan terbentuknya ruhul jama'ah. Rajut, dan rajutlah selalu al-imanul amiq (iman yang menghujam ke dalam), al-ittishalul watsiq (hubungan yang erat dengan Allah), al-amalu muthawasihil (amal yang kontinyu) serta as-sharu daa'id (kesabaran yang ekstra) hingga tercipta rajutan cinta.

Mari rapatkan barisan dan luruskan shaf, rajut kembali cinta-cinta, karena kita semua adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh umat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al Qur'an (antum ruhun jadidah tarsi fii jaasadil ummah, Hasan Al-Banna).

Rasakan detak jantung mu ikhwah, siapkan diri menyambut kemenangan yang telah dijanjikan, hunus kesabaran serta kelapangan pada setiap rongga dada, torehkan semangat jihad dengan limpahan iman, bergelombang dan bergerak senada menuju cinta Allah Subhanahu wa Ta'ala, ALLAHU AKBAR!!!

*Siapapun takkan pernah bisa bertahan / Melalui jalan dakwah ini
Mengarungi jalan perjuangan / Kecuali dengan kesabaran
Wahai ummat Islam bersatulah / Rapatkan barisan jalin ukhuwah
Luruskan niat satukan tekad / Kita sambut kemenangan

Dengan bekal iman maju kehadapan / Al Qur'an dan Sunnah jadi panduan
Sucikan diri ikhlaskan hati / Menggapai ridho Ilahi
Dengan persatuan galang kekuatan / Panji Islam kan menjulang
Tegak kebenaran hancur kebathilan / Gemakan takbir ALLAHU AKBAR!
(Notes: Dikutip dari lirik nasyid Senandung Persatuan-Izzatul Islam)

Wallahua'lam bi showab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
SALMAN AL-FARISI RADHIYALLAHU 'ANHU
( Pencari Kebenaran )
Dari Persi datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh orang-orang Mu'min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalam ilmu pengetahuan dan ilmuan dan keagamaan, maupun keduniaan.
Dan memang, salah satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki suatu negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa dibangkitkannya setiap keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya bakat-bakat terpendam dari warga dan penduduk negeri itu, hingga bermunculanlah filosof-filosof Islam, dokter-dokter Islam, ahli-ahli falak Islam, ahli-ahli fiqih Islam, ahli-ahli ilmu pasti Islam dan penemu-penemu mutiara Islam .
Ternyata bahwa pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap bangsa, hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh luar biasa dalam segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah air dan suku bangsanya, tetapi satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan beliau telah menerima janji yang benar dari Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak pemisah dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji Islam berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai para penduduknya.
Salman radhiyallahu 'anhu sendiri turut menvaksikan hal tersebut, karena ia memang terlibat dan mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan vang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.
Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam -- yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimim sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.
Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:
Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah nakh sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)
Dua puluh empat ribu orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?
Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.
Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman radhiyallahu 'anhu tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu 'anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.
Salman radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu 'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. "Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah", kata Salman radhiyallahu 'anhu, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai hunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.
Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya .... Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Salman radhiyallahu 'anhu adalah orang yang mengajukan saran untuk membuat parit. Dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia dan ramalan-ramalan ghaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Ia berdiri di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyaksikan cahaya dan mendengar berita gembira itu. Dan dia masih hidup ketika ramalan itu menjadi kenyataan, dilihat bahkan dialami dan dirasakannya sendiri. Dilihatnya kota-kota di Persi dan Romawi, dan dilihatnya mahligai istana di Shan'a, di Mesir, di Syria dan di Irak. Pendeknya disaksikan dengan mata kepalanya bahwa seluruh permukaan bumi seakan berguncang keras, karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara-menara tinggi di setiap pelosok, memancarkan sinar hidayah Allah ....Nah, itulah dia sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di kota Madain; sedang menceriterakan kepada shahabat-shahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran, dan mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Persi, masuk ke dalam agama Nashrani dan dari sana pindah ke dalam Agama Islam. Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan fikiran dan jiwanya .. .! Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan iman kepadanya ...!
Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya!
"Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama "Ji". Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluq Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.
Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nashrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati: "Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!" Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang, hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.
Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nashrani dari mana asal-usul agama mereka. "Dari Syria",ujar mereka.
Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya: "Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita". Kami pun bersoal-jawab melakukan diskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku ....
Kepada orang-orang Nashrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Syria, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai. Lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria.
Sesampainya di sana kutanyakan seorang ahli dalam agama itu, dijawabnya bahwa ia adalah uskup pemilik gereja. Maka datanglah aku kepadanya, kuceriterakan keadaanku. Akhirnya tinggallah aku bersamanya sebagai pelayan, melaksanakan ajaran mereka dan belajar, Sayang uskup ini seorang yang tidak baik beragamanya, karena dikumpulkannya sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata disimpan untuk dirinya pribadi. Kemudian uskup itu wafat ....dan mereka mengangkat orang lain sebagai gantinya. Dan kulihat tak seorang pun yang lebih baik beragamanya dari uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tak seorang pun yang lebih kucintai sebelum itu dari padanya.
Dan tatkala ajalnya telah dekat, tanyaku padanya: "Sebagai anda maklumi, telah dekat saat berlakunya taqdir Allah atas diri anda. Maka apakah yang harus kuperbuat, dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubungi. "Anakku!", ujamya: "tak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul".
Lalu tatkala ia wafat aku pun berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya itu. Kuceriterakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.
Kemudian tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya siapa yang harus kuturuti. Ditunjukkannyalah orang shalih yang tinggal di Nasibin. Aku datang kepadanya dan ku ceriterakan perihalku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah pula.
Tatkala ia hendak meninggal, kubertanya pula kepadanya. Maka disuruhnya aku menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di 'Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi.
Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya, sedang sebagai bekal hidup aku berternak sapi dan kambing beberapa ekor banyaknya.
Kemudian dekatlah pula ajalnya dan kutanyakan padanya kepada siapa aku dipercayakannya. Ujarnya: "Anakku.' Tak seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau padanya. Tetapi sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang Nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni. la nanti akan hijrah he suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia, la mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang: ia tidak mau makan shadaqah, sebaliknya bersedia menerima hadiah dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila kau melihatnya, segeralah kau mengenalinya':
Kebetulan pada suatu hari lewatlah suatu rombongan berkendaraan, lalu kutanyakan dari mana mereka datang. Tahulah aku bahwa mereka dari jazirah Arab, maka kataku kepada mereka: "Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?" "Baiklah", ujar mereka.
Demikianlah mereka membawaku serta dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di sana aku mengalami penganiayaan, mereka menjualku kepada seorang yahudi. Ketika tampak olehku banyak pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku meleset.
Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang yahudi Bani Quraizhah yang membeliku pula daripadanya. Aku dibawanya ke Madinah, dan demi Allah baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.
Aku tinggal bersama yahudi itu dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga datang saat dibangkitkannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang datang ke Madinah dan singgah pada Bani 'Amar bin 'Auf di Quba.
Pada suatu hari, ketika aku berada di puncak pohon kurma sedang majikanku lagi duduk di bawahnya, tiba-tiba datang seorang yahudi saudara sepupunya yang mengatakan padanya:
"Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi Demi Allah, baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhku-pun bergetar keras hingga pohon kurma itu bagai bergoncang dan hampir saja aku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan kataku kepada orang tadi: "Apa kata anda?" Ada berita apakah?" Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, serta bentaknya: "Apa urusanmu dengan ini, ayoh kembali ke pekerjaanmu!" Maka aku pun kembalilah bekerja ...
Setelah hari petang, kukumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar dan pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Quba. Aku masuk kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu kataku kepadanya: "Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kujanjikan untuk sedeqah. Dan setelah mendengar keadaan tuan-tuan, maka menurut hematku, tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa ke sini". Lalu makanan itu kutaruh di hadapannya.
"Makanlah dengan nama Allah". sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para shahabatnya, tetapi beliau tak sedikit pun mengulurkan tangannya menjamah makanan itu. "Nah, demi Allah!" kataku dalam hati, inilah satu dari tanda-tandanya ... bahwa ia tah mau memakan harta sedeqah':
Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil membawa makanan, serta kataku kepadanya: "Kulihat tuan tak hendak makan sedeqah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah'', lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdanya kepada shahabatnya: 'Makanlah dengan menyebut nama Allah ! ' Dan beliaupun turut makan bersama mereka. "Demi Allah': kataku dalam hati, inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah ':
Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kutemui beliau di Baqi', sedang mengiringkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya. Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.
Kuucapkan salam kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap henabian sebagai disebutkan oleh pendeta dulu.
Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:'Mintalah pada majihanmu agar ia bersedia membebashanmu dengan menerima uang tebusan."
Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.
Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman radhiyallahu 'anhu menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta'ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ....
Corak manusia ulung manakah orang ini? Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil? Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal -- dengan segala halangan dan beban penderitaan -- pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun ...?
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengurbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian ...Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.. .!
Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman radhiyallahu 'anhu adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.
Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman radhiyallahu 'anhu melarangnya berlebih-lebihan dalam beribadah seperti itu.
Pada suatu hari Salman radhiyallahu 'anhu bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: "Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?" Maka jawab Salman radhiyallahu 'anhu: "Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah; dan di samping melakukan shalat, tidurlah!"
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: Sungguh Salman radhiyallahu 'anhu telah dipenuhi dengan ilmu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman radhiyallahu 'anhu serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: "Salman radhiyallahu 'anhu dari golongan kami". Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: "Tidak, ia dari golongan kami!" Mereka pun dipanggil oleh Rasurullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan sabdanya: Salman adalah golongan kami, ahlul Bait.
Dan memang selayaknyalah jika Salman radhiyallahu 'anhu mendapat kehormatan seperti itu ...!
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menggelari Salman radhiyallahu 'anhu dengan "Luqmanul Hakim". Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: "Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering".
Dalam kalbu para shahabat umumnya, pribadii Salman radhiyallahu 'anhu telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar radhiyallahu 'anhu ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para shahabat dan mengajak mereka: "Marilah kita pergi menyambut Salman radhiyallahu 'anhu!" Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya ...
Semenjak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman radhiyallahu 'anhu hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu; kemudian di masa Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu; lalu di masa Khalifah Utsman radhiyallahu 'anhu, di waktu mana ia kembali ke hadlirat Tuhannya.
Di tahun-tahun kejayaan ummat Islam, panji-panji Islam telah berkibar di seluruh penjuru, harta benda yang tak sedikit jumlahnya mengalir ke Madinah sebagai pusat pemerintahan baik sebagai upeti ataupun pajak untuk kemudian diatur pembagiannya menurut ketentuan Islam, hingga negara mampu memberikan gaji dan tunjangan tetap. Sebagai akibatnya banyaklah timbul masalah pertanggungjawaban secara hukum mengenai perimbangan dan cara pembagian itu, hingga pekerjaan pun bertumpuk dan jabatan tambah meningkat.
Maka dalam gundukan harta negara yang berlimpah ruah itu, di manakah kita dapat menemukan Salman radhiyallahu 'anhu? Di manakah kita dapat menjumpainya di saat kekayaan dan kejayaan, kesenangan dan kemakmuran itu ...?
Bukalah mata anda dengan baik! Tampaklah oleh anda seorang tua berwibawa duduk di sana di bawah naungan pohon, sedang asyik memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara, menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang.
Nah, itulah dia Salman radhiyallahu 'anhu Perhatikanlah lagi dengan cermat! Lihatlah kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya. Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan. Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun. Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: "Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham.
Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu melarangku berbuat demikian, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan!"
Lalu bagaimana wahai ummat Rasulullah? Betapa wahai peri kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja? Ketika mendengar sebagian shahabat dan kehidupannya yang amat bersahaja, seperti Abu Bakar, Umar, Abu Dzar radhiyallahu 'anhum dan lain-lain; sebagian kita menyangka bahwa itu disebabkan suasana lingkungan padang pasir, di mana seorang Arab hanya dapat menutupi keperluan dirinya secara bersahaja.
Tetapi sekarang kita berhadapan dengan seorang putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan; bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.. .? kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya?
Katanya: "Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia --, maka lakukanlah!" Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?
Diriwayatkan eleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: "Tunjangan Salman radhiyallahu 'anhu sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba'ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya".
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.
Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman radhiyallahu 'anhu menangis. "Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah",') tanya Sa'ad, "padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridla kepada anda?" "Demi Allah, ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya:
Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya"
Kata Sa'ad: "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: "Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!" Maka ujamya: "Wahai Sa'ad!
Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian".
Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman radhiyallahu 'anhu mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya; yaitu pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereha tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.
Salman radhiyallahu 'anhu telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat; khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak terdapat di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu .:., tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros .... Nah, bukankah telah kami ceritakan kepada anda bahwa ia mirip sekali dengan Umar?
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu amat berat, hingga melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat supaya datang kepadanya, dan Salman radhiyallahu 'anhu menurut dengan patuh. "Tolong bawakan barangku ini!", kata orang dari Syria itu. Maka barang itu pun dipikullah oleh Salman radhiyallahu 'anhu, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman radhiyallahu 'anhu memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: "Juga kepada amir, kami ucapkan salam" "Juga kepada amir?" Amir mana yang mereka maksudkan?" tanya orang Syria itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman radhiyallahu 'anhu dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: "Berikanlah kepada kami wahai amir!"
Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman radhiyallahu 'anhu menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: "Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu!
Suatu ketika Salman radhiyallahu 'anhu pernah ditanyai orang: Apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? Jawabnya: "Karena manis wahtu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!"
Pada waktu yang lain, seorang shahabat memasuki rumah Salman radhiyallahu 'anhu, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya shahabat itu: Ke mana pelayan? Ujarnya: "Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus''
Apa sebenarnya yang kita sebut "rumah" itu? Baiklah kita ceritakan bagaimana keadaan rumah itu yang sebenamya. Ketika hendak mendirikan bangunan yang berlebihan disebut sebagai "rumah'' itu, Salman radhiyallahu 'anhu bertanya kepada tukangnya: "Bagaimana corak rumah yang hendak anda dirikan?" Kebetulan tukang bangunan ini seorang 'arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman radhiyallahu 'anhu dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: "Jangan anda khawatir! rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya; dan jika anda berbaring, maka kaki anda akan terantuk pada dindingnya". "Benar", ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "seperti itulah seharusnya rumah yang akan anda bangun!"
Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman radhiyallahu 'anhu sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.
Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah isterinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang isteri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang dikacau dengan tangannya, lalu kata Salman radhiyallahu 'anhu kepada isterinya: "Percikkanlah air ini ke sekelilingku ... Sekarang telah hadir di hadapanku makhluq Allah') yang tiada dapat makan, hanyalah gemar wangi-wangian Setelah selesai, ia berkata kepada isterinya: "Tutupkanlah pintu dan turunlah!" Perintah itu pun diturut oleh isterinya.
Dan tak lama antaranya isterinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh barkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya ... Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan; rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan dengan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tolroh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama ....
Salman radhiyallahu 'anhu .... Lamalah sudah terobati hati rindunya Terasa puas, hapus haus hilang dahaga. Semoga Ridla dan Rahmat Allah menyertainya.
1) yang dimaksud makhluq Allah di sini, Malaikat.
Tamat………………………..

Sabtu, 26 Mei 2012

Batik udah jadi, udah dikirim ke berbagai Wilayah dan Daerah se-Indonesia..
yang belum pesan segera hubungi Fendi Novianto
(Bendahara 1 PP IPM, SMS ke 087839138539 atau 085292545401)

jayalah IPM ku...:)http://www.facebook.com/photo.php?fbid=490462485847&set=a.178827305847.133338.174085930847&type=1



Kamis, 24 Mei 2012

SA'ID BIN 'AMIR AL JUMAHI


SA’ID BIN ‘AMIR AL JUMAHY

“Dia telah membeli akhirat dengan dunia, dan mengutamakan keridhaan Allah dan Rasul atas segala-galanya.” (Mu’arrikhin).
SA’ID BIN ‘AMIR AL JUMAHY, termasuk seorang pemuda di antara ribuan orang yang pergi ke Tan’im, di luar kota Makkah. Mereka berbondong-bondong ke sana, dikerahkan para pemimpin Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati terhadap Khubaib bin ‘Ady, yaitu seorang sahabat Nabi yang mereka jatuhi hukuman tanpa alasan.
Dengan semangat muda yang menyala-nyala, Sa’id maju menerobos orang banyak yang berdesak-desakan. Akhirnya dia sampai ke depan, sejajar dengan tempat duduk orang-orang penting, seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah dan lain-lain.
Kaum kafir Quraisy sengaja mempertontonkan tawanan mereka dibelenggu. Sementara para wanita, anak anak dan pemuda, menggiring Khubaib ke lapangan maut. Mereka ingin membalas dendam terhadap Nabi Muhammad saw., serta melampiaskan sakit hati atas kekalahan mereka dalam perang Badar.
Ketika tawanan yang mereka giring sampai ke tiang salib yang telah disediakan, ‘Sa’id mendongakkan kepala melihat kepada Khubaib bin ‘Ady. ‘Said mendengar suara Khubaib berkata dengan mantap, “Jika kalian bolehkan, saya ingin shalat dua raka’at sebelum saya kalian bunuh....” Kemudian Sa’id melihat Khubaib menghadap ke kiblat (Ka’bah). Dia shalat dua raka’at.
Alangkah bagus dan sempurna shalatnya itu. Sesudah shalat, Khubaib menghadap kepada para pemimpin Quraisy seraya berkata, “Demi Allah! Seandainya kalian tidak akan menuduhku melama-lamakan shalat untuk melambat-lambatkan waktu kerana takut mati, nescaya saya akan shalat lebih banyak lagi.” Mendengar ucapan Khubaib tersebut, Sa’id melihat para pemimpin Quraisy naik darah, bagaikan hendak mencencang-cencang tubuh Khubaib hidup hidup. Kata mereka, “Sukakah engkau si Muhammad menggantikan engkau, kemudian engkau kami bebaskan?”
“Saya tidak ingin bersenang-senang dengan isteri dan anak-anak saya, sementara muhammad tertusuk duri....,” jawab Khubaib mantap.
“Bunuh dia...! Bunuh dia...!” teriak orang banyak.
Sa’id melihat Khubaib telah dipakukan ke tiang salib. Dia mengarahkan pandangannya ke langit sambil mendo’a, “Ya, Allah! Hitunglah jumlah mereka! Hancurkanlah mereka semua. Jangan disisakan seorang jua pun!”
Tidak lama kemudian Khubaib menghembuskan nafasnya yang terakhir di tiang salib. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka kerana tebasan pedang dan tikaman tombak yang tak terbilang jumlahnya. Kaum kafir Quraisy kembali ke Makkah biasa-biasa saja. Seolah-olah mereka telah
melupakan peristiwa maut yang merenggut nyawa Khubaib dengan sadis. Tetapi Sa’id bin ‘Amir Al-Jumahy yang baru meningkat usia remaja tidak dapat melupakan Khubaib walau agak sedetikpun. Sehingga dia bermimpi melihat Khubaib menjelma di hadapannya. Dia seakan-akan
melihat Khubaib shalat dua raka’at dengan khusyu’ dan tenang di bawah tiang salib. Seperti
terdengar olehnya rintihan suara Khubaib mendo‘akan kaum kafir Quraisy. Kerana itu Sa’id ketakutan kalau-kalau Allah swt segera mengabulkan do’a Khubaib, sehingga petir dan halilintar menyambar kaum Quraisy.
Keberanian dan ketabahan Khubaib menghadapi maut mengajarkan pada Sa’id beberapa hal yang belum pernah diketahuinya selama ini.
Pertama, hidup yang sesungguhnya ialah hidup berakidah (beriman); kemudian berjuang
mempertahankan ‘akidah itu sampai mati.
Kedua, iman yang telah terhunjam dalam di hati seorang dapat menimbulkan hal-hal yang ajaib dan luar biasa.
Ketiga, orang yang paling dicintai Khubaib ialah sahabatnya, iaitu seorang Nabi yang dikukuhkan dari langit.
Sejak itu Allah swt. membukakan hati Sa’id bin ‘Amir untuk menganut agama Islam. Kemudian dia berpidato di hadapan khalayak ramai, menyatakan: alangkah bodohnya orang Quraisy menyembah berhala. Kerana itu dia tidak mahu terlibat dalam kebodohan itu. Lalu dibuangnya berhala-hala yang dipujanya selamaini. Kemudian diumumkannya bahwa mulai Saat itu dia masuk Islam.
Tidak lama sesudah itu, Sa’id menyusul kaum muslimin hijrah ke Madinah. Di sana dia senantisasa mendampingi Nabi s.a.w. Dia ikut berperang bersama beliau, mula mula dalam peperangan Khaibar. Kemudian dia selalu turut berperang dalam setiap peperangan berikutnya.
Setelah Nabi saw. berpulang ke rahmatullah, Sa’id tetap menjadi pembela setia Khalifah Abu Bakar dan ‘Umar. Dia menjadi teladan satu-satuya bagi orang orang mu’min yang membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia. Dia lebih mengutamakan keridhaan Allah dan
pahala daripada-Nya di atas segala keinginan hawa nafsu dan kehendak jasad.
Kedua Khalifah Rasulullah, Abu Bakar dan ‘Umar bin Khaththab, mengerti bahwa ucapan-ucapan Sa’id sangat berbobot, dan taqwanya sangat tinggi. Kerana itu keduanya tidak keberatan mendengar dan melaksanakan nasihat-nasihat Sa ‘id.
Pada sutu hari di awal pemerintahan Khalifah ‘Umar bin Khaththab, Sa’id dating kepadanya memberi nasihat. Kata Sa’id, “Ya ‘Umar! Takutlah kepada Allah dalam memerintah manusia. Jangan takut kepada manusia dalam menjalankan agama Allah! Jangan berkata berbeda dengan perbuatan. Kerana sebaik-baik perkataan ialah yang dibuktikan dengan perbuatan.
“Hai Umar! Tujukanlah seluruh perhatian Anda kepada urusan kaum muslimin baik yang jauh mahupun yang dekat. Berikan kepada mereka apa yang Anda dan keluarga sukai. Jauhkan dari mereka apa-apa yang Anda dan ke luarga Anda tidak sukai. Arahkan semua karunia Allah kepada yang baik. Jangan hiraukan cacian orang-orang yang suka mencaci.”
“Siapakah yang sanggup melaksanakan semua itu, hai Sa’id?” tanya Khalifah ‘Umar. “Tentu orang seperti Anda! Bukankah Anda telah dipercayai Allah memerintah ummat Muhammad ini? Bukankah antara Anda dengan Allah tidak ada lagi suatu penghalang?” jawab Sa’id meyakinkan.
Pada suatu ketika Khalifah ‘Umar memanggil Sa’id untuk diserahi suatu jabatan dalam
pemerintahan.
“Hai Sa’id! Engkau kami angkat menjadi Gubernur di Himsh!” kata Khalifah Umar.
“Wahai ‘Umar! Saya memohon kepada Allah semoga Anda tidak mendorong saya condong kepada dunia,” kata Sa’id.
“Celaka Engkau!” balas ‘Umar marah. “Engkau pikulkan beban pemerintahn ini dipundakku, tetapi kemudian Engkau menghindar dan membiarkanku repot sendiri.”
“Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan Anda,” jawab Sa’id.
Kemudjan Khalifah ‘Umar melantik Sa ‘Id menjadi Gubernur di Himsh.
Sesudah pelantikan, Khalifah ‘Umar bertanya kepada Sa’id, “Berapa gaji yang Engkau
inginkan?”
“Apa yang harus saya perbuat dengan gaji itu, ya Amirul Mu’minin?” jawab Sa’id balik
bertanya. “Bukankah penghasilan saya dan Baitul Mal sudah cukup?”
Tidak berapa lama setelah Sa ‘id memerintah di Himsh, sebuah delegasi datang menghadap Khalifah ‘Umar di Madinah. Delegasi itu terdiri dari penduduk Hims yang ditugasi Khalifah mengamat-amati jalannya pemerintahan di Himsh.
Dalam pertemuan dengan delegasi tersebut, Khalifah ‘Umar meminta daftar fakir miskin Himsh untuk diberikan santunan. Delegasi mengajukan daftar yang diminta Khalifah. Di dalam daftar tersebut terdapat nama-nama si Fulan, dan nama Sa’id bin ‘Amir Al-Jumahy.
Ketika Khalifah meneliti daftar tersebut, beliau menemukan nama Sa’id bin ‘Amir AlJumahy.
Lalu beliau bertanya “Siapa Sa‘id bin ‘Amir yang kalian cantumkan ini?”
“Gubernur kami! “jawab mereka.
“Betulkah Gubernur kalian miskin?” tanya khalifah heran.
“Sungguh, ya Amiral Mu’minin! Demi Allah! Sering kali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),”jawab mereka meyakinkan.
Mendengar perkataan itu, Khalifah ‘Umar menangis, sehingga air mata beliau meleleh membasahi jenggotnya. Kemudian beliau mengambil sebuah pundi-pundi berisi uang seribu dinar. “Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Sa’id bin ‘Amir. Dan uang ini saya kirim kan untuk beliau, guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya” ucap ‘Umar sedih.
Setibanya di Himsh, delegasi itu segera menghadap Gubernur Sa’id, menyampaikan salam dan uang kiriman Khalifah untuk beliau Setelah Gubernur Sa ‘id melihat pundi-pundi berisi uang dinar, pundi-pundi itu dijauhkannya dari sisinya seraya berucap, ‘inna lilahi wa innailaihi raji’un. (Kita milik Allah, pasti kembali kepada Allah).”
Mendengar ucapannya itu, seolah-olah suatu mara bahaya sedang menimpanya. Kerana
itu isterinya segera menghampiri seraya bertanya, “Apa yang terjadi, hai ‘Sa ‘Id? Meninggalkah
Amirul Mu ‘minin?”
“Bahkan lebih besar dan itu!” jawab Sa’id sedih. “Apakah tentara muslimin kalah
berperang?” tanya Isterinya pula.
“Jauh lebih besar dri itu!” jawab Sa’id tetap sedih. ‘Apa pulakah gerangan yang Iebih
dari itu?” tanya isterinya tak sabar.
‘Dunia telah datang untuk merusak akhiratku. Bencana telah menyusup ke rumah
tangga kita,’ jawab Sa’id mantap.
“Bebaskan dirimu daripadanya! “ kata isteri Sa’id memberi semangat, tanpa mengetahui
perihal adanya pundi pundi uang yang dikirimkan Khalifah ‘Umar untuk pri badi suaminya.
“Mahukah Engkau menolongku berbuat demikian?” tanya Sa ‘id.
‘Tentu...;! “jawab isterinya bersemangat.
Maka Sa’id mengambil pundi-pundi uang itu, lalu disuruhnya isterinya membagi-bagi
kepada fakir miskin.
Tidak berapa lama kemudian, Khalifah ‘Umar berkunjung ke Syria, mengininspeksi pemerintahan di sana. Dalam kunjungannya itu beliau. menyempatkan diri singgah di Himsh.
Kota Himsh pada masa itu dinamai orang pula “Kuwaifah (Kufah kedil)”, kerana rakyatnya sering melapor kepada pemerintah pusat dengan ke1emahan-kelemahan Gubernur mereka, persis seperti kelakuan masyarakat Kufah.
Tatkala Khalifah singgah di sana, rakyat mengeluelukan beliau, mengucapkan Selamat Datang.
Khalifah bertanya kepada rakyat, “Bagaimana penilaian Saudara-Saudara terhadap
kebijakan Gubernur.
“Ada empat macam kelemahan yang hendak kami laporkan kepada Khalifah,” jawab rakyat.
“Saya akan pertemukan kalian dengan Gubernur kalian,” jawab Khalifah ‘Umar sambil mendo’a: “Semoga sangka baik saya selama ini kepada Sa’id bin ‘Amir tidak salah.”
Maka tatkala semua pihak—iaitu Gubernur dan masyarakat—telah lengkap berada di hadapan Khalifah, beliau bertanya kepada rakyat, “Bagaimana laporan sau dara-saudara tentang kebijakan Gubernur Saudara-sau dara?”
Pertanyaan Khalifah dijawab oleh seorang Juru Bicara.
Pertama: Gubernur selalu tiba di tempat tugas setelah matahari tinggi.
“Bagaimana tanggapan Anda mengenai lapor’an rakyat Anda itu, hai Sa ‘id?” tanya Khalifah.
Gubernur Sa’id bin ‘Amir Al-Jumahy diam sejenak. Kemudian dia berkata:
“Sesungguhnya saya keberatan menanggapinya. Tetapi apa boleh buat.. Keluarga saya tidak
mempunyai pembantu. Kerana itu tiap pagi saya terpaksa turun tangan membuat adonan roti
lebih dahulu untuk mereka. Sesudah adonan itu asam (siap untuk dimasak), barulah saya buat
roti. Kemudian saya berwudhu’. Sesudah itu barulah saya berangkat ke tempat tugas untuk
melayani masyarakat.”
“Apa lagi laporan Saudara-saudara?” tanya Khalifah kepada hadirin.
Kedua, Gubernur tidak bersedia melayani kami pada malam hari.”
“Bagaimana pula tanggapan Anda mengenai itu, hai Sa’id?” tanya khalifah.
“ Ini sesungguhnya lebih berat bagi saya menanggapinya, terutama di hadapan umum
seperti ini,” kata Sa ‘id. “Saya telah membagi waktu saya, siang hari untuk melayani masyarakat,
malam hari untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,” lanjut Sa ‘id
“Apa lagi,” tanya Khalifah kepada hadirin.
Ketiga: Gubernur tidak masuk kantor sehari penuh dalam sebulan. “Bagaimana pula tanggapan Anda, hai Sa’id?” tanya Khalifah ‘Umar.
“Sebagaimana telah saya terangkan tadi, saya tidak mempunyai pembantu rumah
tangga. Di samping itu saya hanya memiliki sepasang pakaian yang melekat di badan ku ini.
Saya mencucinya sekali sebulan. Bila saya mencucinya, saya terpaksa menunggu kering lebih
dahulu. Sesudah itu barulah saya dapat keluar melayani masyarakat,” ucap Said.
‘Nah, apa lagi laporan selanjutnya?” tanya Khalifah.
Keempat: Sewaktu-waktu Gubernur menutup diri untuk bicara. Pada saat-saat seperti itu,
biasanya beliau pergi meninggalkan majlis.”
“Silakan menanggapi, hai Gubernur Said!” kata Khali fah ‘Umar.
“Ketika saya masih musyrik dulu, saya pernah menyaksikan almarhum Khubaib bin ‘Ady dihukum mati oleh kaum Quraisy kafir. Saya menyaksikan mereka menyayat-nyayat tubuh Khubaib berkeping-keping. Pada waktu itu mereka bertanya mengejek Khubaib, “Sukakah engkau si Muhammad menggantikan engkau, kemudian engkau kami bebaskan?”
Ejekan mereka itu dijawab oleh Khubaib, “Saya tidak ingin bersenang-senang dengan isteri dan anak-anak saya, sementara Nabi Muhammad tertusuk duri ...“
‘Demi Allah...!” kata Sa’id. “Jika saya teringat akan peristiwa , di waktu mana saya membiarkan Khubaib tanpa membelanya sedikit jua pun, maka saya merasa, bahwa dosaku tidak akan diampuni Allah swt.”
Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakanku,” kata Khalifah ‘U mar mengkahiri dialog itu.
Sekembalinya ke Madinah, Khalifah ‘Umar mengirimi Gubernur Sa’id seribu dinar
untuk memenuhi kebutuhannya.
Melihat jumlah uang sebanyak itu, isterinya berkata kepada Sa’id, “Segala puji bagi Allah yang mencukupi kita berkat pengabdianmu. Saya ingin uang ini kita per gunakan untuk membeli bahan pangan dan kelengkapan kelengkapan lain-lain. Dan saya ingin pula menggaji seorang pembantu rumah tangga untuk kita.”
“Adakah usul yang lebih baik dan itu?” tanya Sa’id kepada isterinya.
“Apa pulakah yang lebih baik dari itu? “ jawab isterinya balik bertanya.
“Kita bagi-bagikan saja uang ini kepada rakyat yang membutuhkannya. Itulah yang lebih baik bagi kita,” jawab Sa’id.
“Mengapa....?” tanya isterinya.
‘Dengan begitu berarti kita mendepositokan uang ini kepada Allah. Itulah cara yang lebih baik,” kata Said.
“Baiklah kalau begitu,” kata isterinya. “Semoga kita dibalasi Allah dengan balasan yang
paling baik.”
Sebelum mereka meninggalkan majlis, uang itu dimasukkan Sa ‘Id ke dalam beberapa pundi, lalu diperintah kannya kepada salah seorang keluarganya:
‘Pundi ini berikan kepada janda si Fulan. Pundi ini kepada anak yatim Si Fulan. ini kepada si Fulan yang miskin... dan seterusnya.” Semoga Allah swt. meridhai Sa’id bin ‘Amir Al-Jumahy. Dia telah membeli akhirat dengan menghindari godaan kemewahan dunia, dan mengutamakan keridhaan Allah serta pahala yang berlipat ganda di akhirat, lebih dan segala-galanya. Amin!!!




Sabtu, 19 Mei 2012

MENGHARGAI PERBEDAAN


Menghargai Perbedaan

Pada suatu waktu, ada seorang mahaguru yang ingin mengambil break dari kehidupannya sehari-hari sebagai akademisi. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sebuah pantai dan meminta seorang nelayan untuk membawanya pergi melaut sampai ke horizon.
Seperempat perjalanan, mahaguru tersebut bertanya, "Wahai nelayan, apakah Anda mengenal ilmu geografi?" Sang nelayan menjawab, "ilmu geografi yang saya ketahui adalah kalau di laut sudah mulai sering ombak pasang, maka musim hujan segera akan tiba." "Nelayan bodoh!" kata mahaguru tersebut. "Tahukah kamu bahwa dengan tidak menguasai ilmu geografi kamu sudah kehilangan seperempat kehidupanmu."
Seperempat perjalanan berikutnya, mahaguru tersebut bertanya pada nelayan apakah dia mempelajari ilmu biologi dan sains? Sang nelayan menjawab bahwa ilmu biologi yang dia kenal hanyalah mengetahui jenis ikan apa saja yang dapat dimakan. "Nelayan bodoh, dengan tidak menguasai sains kamu sudah kehilangan seperempat kehidupanmu." Kemudian mahaguru tersebut bercerita tentang Tuhan yang menciptakan umat manusia dengan struktur tubuh, kapasitas otak yang sama, dan lain-lain.
Selanjutnya mahaguru tersebut bertanya apakah nelayan tersebut mempelajari matematika? Sang nelayan menjawab bahwa matematika yang dia ketahui hanyalah bagaimana cara menimbang hasil tangkapannya, menghitung biaya yang sudah dikeluarkannya, dan menjual hasil tangkapannya agar dapat menghasilkan keuntungan secukupnya. Lagi-lagi mahaguru tersebut mengatakan betapa bodohnya sang nelayan dan dia sudah kehilangan lagi seperempat kehidupannya.
Kemudian, di perjalanan setelah jauh dari pantai dan mendekati horizon, mahaguru tersebut bertanya, "apa artinya awan hitam yang menggantung di langit?" "Topan badai akan segera datang, dan akan membuat lautan menjadi sangat berbahaya." Jawab sang nelayan. "Apakah bapak bisa berenang?" Tanya sang nelayan.
Ternyata sang mahaguru tersebut tidak bisa berenang. Sang nelayan kemudian berkata, "Saya boleh saja kehilangan tiga-perempat kehidupan saya dengan tidak mempelajari tiga subyek yang tadi diutarakan oleh mahaguru, tetapi mahaguru akan kehilangan seluruh kehidupan yang dimiliki."
Kemudian nelayan tersebut meloncat dari perahu dan berenang ke pantai sedangkan mahaguru tersebut tenggelam.
Demikian juga dalam kehidupan kita, baik dalam pekerjaan ataupun pergaulan sehari-hari. Kadang-kadang kita meremehkan teman, anak buah ataupun sesama rekan kerja. Kalimat "tahu apa kamu" atau "si anu tidak tahu apa-apa" mungkin secara tidak sadar sering kita ungkapkan ketika sedang membahas sebuah permasalahan. Padahal, ada kalanya orang lain lebih mengetahui dan mempunyai kemampuan spesifik yang dapat mengatasi masalah yang timbul.
Seorang operator color mixing di pabrik tekstil atau cat mungkin lebih mengetahui hal-hal yang bersifat teknis daripada atasannya. Intinya, orang yang menggeluti bidangnya sehari-hari bisa dibilang memahami secara detail apa yang dia kerjakan dibandingkan orang 'luar' yang hanya tahu 'kulitnya' saja.
Mengenai kondisi dan kompetisi yang terjadi di pasar, pengetahuan seorang marketing manager mungkin akan kalah dibandingkan dengan seorang salesperson atau orang yang bergerak langsung di lapangan.
Atau sebaliknya, kita sering menganggap remeh orang baru. Kita menganggap orang baru tersebut tidak mengetahui secara mendalam mengenai bisnis yang kita geluti. Padahal, orang baru tersebut mungkin saja membawa ide-ide baru yang dapat memberikan terobosan untuk kemajuan perusahaan.
Sayangnya, kadang kita dibutakan oleh ego, pengalaman, pangkat dan jabatan kita sehingga mungkin akan menganggap remeh orang lain yang pengalaman, posisi atau pendidikannya di bawah kita. Kita jarang bertanya pada bawahan kita. Atau pun kalau bertanya, hanya sekedar basa-basi, pendapat dan masukannya sering dianggap sebagai angin lalu.
Padahal, kita tidak bisa bergantung pada kemampuan diri kita sendiri, kita membutuhkan orang lain. Keberhasilan kita tergantung pada keberhasilan orang lain. Begitu sebuah masalah muncul ke permukaan, kita tidak bisa mengatasinya dengan hanya mengandalkan kemampuan yang kita miliki. Kita harus menggabungkan kemampuan kita dengan orang lain.
Sehingga bila perahu kita tenggelam, kita masih akan ditolong oleh orang lain yang kita hargai kemampuannya. Tidak seperti mahaguru yang akhirnya ditinggalkan di perahu yang sedang dilanda topan badai dan dibiarkan mati tenggelam karena tidak menghargai kemampuan nelayan yang membawanya.
Yang jadi pertanyaan kita sekarang, apakah kita masih suka bertingkah laku seperti sang mahaguru? Bila ya, seberapa sering?
------------

Kamis, 17 Mei 2012

KISAH-KISAH TELADAN ROSULULLAH

Kisah-Kisah Teladan
Muhammad
Selama ini muslim diajarkan bahwa Muhammad SAW adalah laki-laki yang paling mulia, paling agung dan paling baik sepanjang segala masa. Tidak ada kecacatan sama sekali dalam dirinya. Ini menjadikan Muhammad SAW adalah contoh bagi muslim dimana saja, dan perbuatan-perbuatan nya menjadi teladan bagi muslim untuk diikuti. Harus diakui bahwa Muhammad SAW adalah seorang pemimpin besar yang telah banyak menanamkan hal-hal baik bagi masyarakat Arab dan muslim pada umumnya.
Kita akan melihat dari satu sisi untuk mengevaluasi karakter dari Muhammad SAW ini. Yang akan kita lihat adalah bagaimana Muhammad SAW menghadapi musuh-musuh pribadinya. Bagaimana saat seseorang ditentang dan dipertanyakan. Pada saat menghadapi tentangan tersebutlah biasanya karakter asli seseorang akan terlihat.
Sebelum mengevaluasi kita akan lihat dulu karakter dari 2 tokoh dalam Perjanjian Baru sebagai perbandingan.
1. Yesus Kristus
Saat Dicela dan Ditentang :
Pada saat berada diatas kayu salib, Yesus Kristus TIDAK MEMAKI-MAKI mereka yang telah menyalibkannya, namun justru BERDOA BAGI KESELAMATAN MEREKA.
Lukas 23 : 34 :
Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Tentang Pembunuhan :
Yesus melarang pembunuhan.
Matius 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
2. Rasul Paulus
Saat Dicela dan Ditentang :
Rasul Paulus yang selalu dituduh rasul PALSU oleh muslim memberikan contoh yang sangat baik. Saat berada di Korintus, RASUL PAULUSPUN MENERIMA FITNAHAN, CELAAN DAN HINAAN dari penduduk Korintus.
1 Korintus 4:11 :
Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara,
Rasul Paulus TIDAK MEMBALAS MEREKA, MELAINKAN TETAP BERLAKU SABAR
1 Korintus 4 : 12 – 13 :
kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. KALAU KAMI DIMAKI, KAMI MEMBERKATI; KALAU KAMI DIANIAYA, KAMI SABAR;
KALAU KAMI DIFITNAH, KAMI TETAP MENJAWAB DENGAN RAMAH; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini.
Tindakan yang dilakukan adalah MENEGOR DENGAN KASIH.
1 Korintus 4 : 14 :
Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk MENEGOR KAMU SEBAGAI ANAK-ANAKKU YANG KUKASIHI.
Tentang Pembunuhan :
Roma 13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat
Jadi karakter yang ditunjukkan keduanya adalah :
1. Tidak mendendam
2. Menegor dengan kasih
3. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan lainnya
4. Mendoakan agar mereka diberi keselamatan
5. Tidak melakukan pembunuhan
Berikut ini akan diberikan beberapa kisah Muhammad SAW dan tindakan yang diambilnya terhadap mereka yang pernah melukai hati Muhammad SAW, yaitu :
1. Al-Nadr bin al-Harith (ayat serupa al-qur'an)
2. Uqba bin Abi Mu`ayt (2 pertanyaan jebakan)
3. Ka`b bin al-Ashraf (puisi yang mengkritik)
4. Ibn Sunayna (kebencian ras)
5. Sallam Ibn Abu'l-Huqaiq (Pembunuhan untuk kepuasan)
6. Umaiya bin Khalaf Abi Safwan (Benci karena gagal merampok)
7. Amir bin Jihash (Pembunuhan karena curiga - 1)
8. Seorang yang tidak dikenal (Pembunuhan karena curiga - 2)
9. Abu Afak (Pembunuhan karena syair)
10. Asma Binti Marwan (Nasib Munir wanita)
11. Abdullah bin Khatal (Nasib seorang yang berpaling dari Islam – 1
12. Miqyah bin Hubabah (Nasib seorang yang berpaling dari Islam – 2)
13. Fartanah (Kisah sedih seorang biduanita)
14. Huwairits bin Nuqaith (Anak terjatuh, nyawa melayang)
15. Sarah (Pengantar surat yang malang)
Sumber kutipan utama adalah dari buku karya Muhammad bin Yassar bin Ishaq yang merupakan buku BIOGRAFI TERTUA tentang Muhamamad SAW. Buku ini SELESAI DITULIS SEKITAR TAHUN 150 HIJRAH, dan setelah meninggalnya Ibn Ishaq kemudian direvisi oleh Ibn Hisham
Siapa Muhammad ibn Ishaq ibn Yasar.
Dia lahir di Madinah tahun 85 H, meninggal di Baghdad 151 H. Kakeknya yang bernama Yasar jatuh ke tangan Khalid bin al Walid di tahun 12 H dan kemudian memeluk Islam. Ayah Muhammad ibn Ishaq banyak berhubungan dengan para ahli hadis generasi ke 2, terutama Zuhri, Qatada dan Abdullah bin Abu Bakar. Sementara Ibn Ishaq sendiri belajar agama hingga ke Mesir kepada Yazid bin abu Habib. Setelah kembali ke Madinah, ia terus mengkoleksi hadisnya.
Jadi sumber-sumber Muhamamad bin Ishaq adalah SANGAT DEKAT DENGAN MASA HIDUP GENERASI PERTAMA MUSLIM. Bandingkan dengan pengumpul Hadis seperti Bukhari, Muslim dll yang hidup sekitar 200 – 270 tahun setelah H.
Banyak pakar-pakar kuno Islam yang mengakui otoritas dari Muhammad ibn Ishaq, diantaranya :
1. al Zuhri : "Orang yang paling baik pengetahuannya mengenai maghazi adalah Ibn Ishaq, ilmu masih tetap ada di Medinah selama Ibn Ishaq masih hidup.
2. Syu'bah (85 – 160 M) : "Terpercaya dalam hadis, pemuka para ahli hadis karena kehebatan ingatannya"
3. Abu Hatim : "Hadis yang diriwayatkannya banyak dikutip orang"
1. AL-NADR BIN AL-HARITH (AYAT SERUPA AL-QUR'AN)
Nadr bin Al Harits pertama disebutkan sebagai wakil Quraish yang berunding dengan Rasulullah.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 1, halaman 196
… para pemimpin dari semua kelompok Quraish – Utbah bin Rabi'ah dan Sahiba ….. NADR BIN HARITS saudara dari bani Abdudar ….
Dikisahkan pemuka Quraish menawarkan uang, kemuliaan dan kedudukan jika itu memang yang diminta Muhammad SAW. Muhammad SAW menyatakan bukanlah itu yang dia inginkan melainkan pengakuan bahwa dia adalah Rasul yang diutus oleh Allah SWT.
Atas pernyataan tersebut, pemuka Quraish meminta bukti yaitu :
1. Menyingkirkan gunung-gunung
2. Mengalirkan ke tanah Arab sungai-sungai
3. Menghidupkan kembali nenek moyang mereka.
Atas permintaan pembuktian itu Muhammad SAW menyatakan ketidakmampuannya.
Akhirnya pertemuan berakhir tanpa kesepakatan apa-apa.
Sumber :
Ibid
Halaman 198 – 199 :
Abdullah bin abu Umayyah mendekati Rasulullah dan berkata, "Wahai Muhammad, MEREKA TELAH MEMBERIKAN TAWARAN YANG BAIK KEPADAMU YANG TERNYATA KAMU TOLAK. Pertama mereka meminta sesuatu darimu untuk mereka agar mereka mengetahu bahwa kedudukanmu disisi Tuhan adalah seperti apa yang kamu katakan sehingga mereka dapat mempercayaimu dan mengikutimu, DAN KAMU TIDAK MELAKUKAN APA-APA. Kemudian mereka memintamu untuk melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri, agar mereka tahu kelebihanmu atas mereka dan kedudukanmu disisi Tuhan, DAN KAMU TIDAK MAU MELAKUKANNYA. Kemudian mereka memintamu untuk mendatangkan hukuman atas mereka agar mereka menjadi takut, dan KAMU TIDAK MELAKUKANNYA ……..
Karena ketidakmampuan Muhammad SAW meyakinkan Quraish, maka pertentangan terhadap Muhammadpun berlanjut. Salah satunya dilakukan oleh Nadr bin al Harits
Sumber : Ibid
Halaman 200 – 201
Pada saat itu Nadr bin al Harits adalah salah satu setan dari Quraish. Dia selalu mencaci maki Rasulullah dan menunjukkan sikap bermusuhan. Dia pernah pergi ke al Hira dan belajar di sana tentang hikayat raja-raja Persia, hikayat tentang Rustum dan Isbandiyar. Ketika Rasullulah mengadakan pertemuan dimana dia mengingatkan mereka tentang Tuhan, dan mengingatkan umatnya tentang apa yang telah terjadi pada banyak generasi yang telah lalu akan pembalasan yang ditimpakan Tuhan atas kelaliman mereka, AL NADR MENGATAKAN KEPADA MEREKA, "AKU MEMILIKI KISAH DAN CERITA YANG LEBIH BAIK DAN LEBIH MENARIK DARI YANG DIA MILIKI, IKUTLAH AKU". Kemudian dia mulai menceritakan kepada mereka kisah tentang raja-raja Persia, Rustum dan Isbandiya, dan kemudian dia berkata, "Atas dasar apa kalian menganggap Muhammad adalah seorang penutur kisah yang lebih baik dari aku?".
Jadi kesalahan Nadr bin Al Harits adalah karena dia berani menyaingi Muhammad SAW dalam menceritakan kisah-kisah umat terdahulu. NADR BERANI MELAYANI TANTANGAN UNTUK MEMBUAT AYAT-AYAT YANG SERUPA AL-QUR'AN, DAN AKIBATNYA ADALAH HUKUMAN MATI.
Sumber :Ibid
jilid 2, halaman 122
… Ketika Rasulullah sedang berada di al Safira, NADR DIBUNUH OLEH ALI, sebagaimana yang diceritakan oleh seorang penduduk dari Mekah kepada saya.
Sungguh ironis, Muhammad SAW sendiri yang menantang orang-orang untuk mendatangkan ayat-ayat serupa Al-Qur'an, dan SAAT ADA YANG MELADENI TERNYATA TIDAK BISA DITERIMA OLEH MUHAMMAD SAW. Dan akibatnya adalah hukuman mati.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Dengan perbuatannya ini Muhammad SAW melanggar perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an yaitu :
QS 42 : 37 :
Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan APABILA MEREKA MARAH MEREKA MEMBERI MAAF.
Bagi Muhammad adalah lebih baik menuntaskan dendamnya daripada mengikuti perintah Allah SWT untuk memberi maaf.
Lagi-lagi, ironi terbesar muncul. Muhammad SAW yang gemar mencaci maki Yahudi and Nasrani ternyata TIDAK LEBIH BAIK DARI YANG DICACI MAKINYA.
QS 2 : 59 :
Lalu orang-orang yang zalim MENGGANTI PERINTAH dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.
Jadi daripada mengikuti perintah untuk memaafkan, lebih baik bagi Muhammad SAW untuk mengganti perintah tersebut dengan pembunuhan.
Tampaknya bagi Muhammad SAW berlakulah hukuman sesuai ayat Al-Qur'an berikut:
QS 29 : 68 :
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau MENDUSTAKAN YANG HAK [1160] TATKALA YANG HAK ITU DATANG KEPADANYA? BUKANKAH DALAM NERAKA JAHANNAM itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?
Perintah datang kepada Muhamamad SAW, dan Muhammad SAW sendirilah yang mendustakan perintah tersebut. Dan menyedihkannya karena MENURUT AL-QUR'AN, sikap begini diganjar menjadi PENGHUNI NERAKA JAHANAM.

2. UQBAH BIN ABI MUAIT (2 PERTANYAAN JEBAKAN)
Uqbah adalah satu sahabat dekat dari Nadr bin al Harits. Dia diutus oleh Quraish bersama Nadr untuk menemui rabi Yahudi yang memberikan 3 pertanyaan untuk mengetest Muhamamad SAW.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 1, halaman 201
Ketika Nadr mengatakan hal tersebut kepada mereka, mereka mengirim dia dan Uqbah bin Abu Muait kepada pendeta Yahudi di Medinah ……. Sang pendeta berkata, "Ajukanlah pertanyaan kepadanya tentang 3 hal yang akan kami jelaskan kepada kalian, jika dia memberikan jawaban yang benar, maka dia memang seorang nabi, tetapi jika dia tidak dapat menjawabnya dengan benar, maka dia adalah seorang bajingan…… Tanyakan kepadanya tentang ANAK-ANAK MUDA YANG MENGHILANG dimasa lalu ….. kedua, tanyakanlah kepadanya tentang LAKI-LAKI PENGEMBARA AGUNG yang telah mencapai negeri timur dan negeri barat. TANYAKANLAH KEPADANYA TENTANG ROH. Jika mampu menjawab dengan benar maka ikutlah dia …..
Ketiga pertanyaan kemudian disampaikan kepada Muhammad oleh Nadr dan Uqbah, dan Muhammad menjawab, "Aku akan memberikan jawabannya besok" (hal 202).
Ternyata Muhammad SAW tidak dapat menjawab sesuai waktu yang dijanjikannya sendiri dan baru dapat menjawab SETELAH LEBIH DARI 15 HARI.
Jawaban Muhammad adalah :
1. Tentang orang muda yang menghilang dimasa lalu terjawab dengan sura Al-Kahfi yang menceritakan beberapa pemuda tertidur selama ratusan tahun (QS 18 : 9 – 26)
2. Tentang pengembara terjawab dengan ayat-ayat tentang Zulkarnain yang mencapai tempat matahari terbenam di lumpur hitam (QS 18 : 83 – 101).
3. Sementara tentang roh, Muhammad SAW tidak dapat menjawab dan hanya mendapatkan wahyu bahwa roh adalah diluar jangkauan pikiran manusia.
QS 17 : 85 : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : "Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Satu hal yang tidak disadari oleh Muhammad SAW adalah bahwa pendeta YAHUDI MENJEBAK MUHAMMAD SAW dengan 3 pertanyaan. Dari 3 pertanyaan, 2 pertanyaan yaitu tentang pemuda yang tertidur di gua dan Zulkarnain ADALAH PERTANYAAN JEBAKAN KARENA CERITA INI JELAS ADALAH LEGENDA TIDAK ADA NILAI TEOLOGISNYA SAMA SEKALI.
* Kisah pengembara yang mencapai tempat matahari adalah LEGENDA TENTANG KAISAR KAFIR Alexander Agung.
* Sedangkan cerita tentang pemuda yang tertidur ADALAH LEGENDA THE SEVEN SLEEPERS OF EFESSUS. Cerita ini diterjemahkan dalam bahasa Syria oleh James dari Sarug (w. 521 M).
Lucunya untuk 2 PERTANYAAN JEBAKAN INI MUHAMMAD JUSTRU BISA MENJAWAB BAHKAN MASUK DALAM AL-QUR'AN. Sementara untuk pertanyaan yang sesungguhnya yaitu tentang roh tidak mampu dijawab.
Akibatnya celaan terhadap Muhammad tidaklah surut, malah semakin keras.
Dan nasib Uqbah yang mengajukan pertanyaan menjadi jelas, yaitu harus dihukum mati.
Sumber :Ibid
jilid 2, halaman 122
Disaat Rasulullah sedang berada di Irqul Zabya, Uqbah terbunuh. Dia ditangkap oleh Abdullah bin Salimah, salah seorang keluarga bani Ajlan.
Ketika RASULULLAH MEMERINTAHKAN UNTUK MEMBUNUHNYA, dia berkata, "Tetapi siapa yang akan mengasuh anakku wahai Muhammad?". "NERAKA, "JAWAB RASULULLAH, dan Asim bin Thabit bin Abul Aqlah al Anshari membunuhnya …..
Kesalahan Uqbah adalah karena dia mengajukan 3 pertanyaan yang menjebak Muhammad SAW. Dan sangat ironis karena Muhammad SAW ternyata memang terjebak.
Dendam Muhammad SAW bahkan terlihat saat dia menjawab bahwa anak-anak Uqbah akan disuh oleh neraka. Anak-anak yang belum tahu apa-apa ikut menjadi korban dendam Muhammad SAW.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Lagi-lagi Muhammad SAW melanggar perintah Allah SWT yang lain lagi.
QS 45 : 14 :
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka MEMAAFKAN ORANG-ORANG YANG TIADA TAKUT HARI-HARI ALLAH [1384] karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan
Bagi Muhammad adalah lebih baik menuntaskan dendamnya karena terjebak memberi jawaban salah daripada mengikuti perintah Allah SWT untuk memberi maaf.
3. KAAB IBN ASHRAF (PUISI YANG MENGKRITIK)
Setelah pindah ke Medinah, Muhammad SAW mulai menghimpun kekuatan. Pada waktu itu golongan Yahudi menolak ajakan Muhammad SAW untuk memeluk Islam. Salah satu dari antaranya adalah Kaab bin Al Ashraf yang tidak mempercayai bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan mendukung Quraish. Namun Kaab tidaklah pernah mengangkat senjata terhadap Muhammad SAW ataupun muslim lainnya. Yang dilakukannya hanyalah MENGARANG LIRIK-LIRIK DIMANA DIA MERATAPI ORANG-ORANG QURAISH YANG TERBUNUH saat perang Badar dan lirik yang dianggap menghina wanita muslim. Dan karena tulisannya, Kaab harus dibunuh atas perintah Muhammad SAW.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 188 – 191
… Kaab mulai mencaci maki Rasulullah dan menyusun baris-baris dimana DIA MERATAPI KAUM QURAISH YANG DILEMPARKAN KEDALAM LUBANG SETELAH TERBUNUH di perang Badar. Ia berkata :
Perang Badar telah menumpahkan darah manusia
Melihat Badar air matamu pasti meleleh dan menangis
Orang-orang terbaik dibantai di sekeliling kantung air mereka
………..
Aku mendengar Harits ibnu Hisyam (cat : dia adalah seorang pembesar Quraish)
Melakukan hal yang benar dan mengumpulkan pasukan
Menuju Yatsrib dengan tentara-tentaranya
Karena hanya mereka yang mulia
Yang rupawan yang akan melindungi reputasi mereka yang tinggi
………
Lalu dia menulis puisi cinta yang MENGEJEK KEADAAN WANITA-WANITA ISLAM. (cat vivaldi : tidak dituliskan lirik yang yang dimaksud). RASULULLAH BERKATA, "SIAPA YANG AKAN MENYINGKIRKAN IBN ASHRAF UNTUKKU?. Muhammad bin Maslamah …. berkata , "Aku yang akan melakukannya untukmu wahai Rasulullah. Aku akan membunuhnya" . Beliau berkata, "Kerjakanlah jika kamu sanggup".
…………….
KUTUSUKKAN BELATI KE BAGIAN BAWAH TUBUHNYA, LALU AKU TERUS MENUSUK HINGGA KE KEMALUANNYA, dan diapun jatuh ketanah.
………..
Kami mengucapkan salam ketika beliau sedang shalat dan ketika beliau keluar kami mengatakan bahwa kami telah membunuh musuh Allah.
Sdr No Mind pernah menuliskan lebih lanjut tentang pembunuhan Kaab bin Al Ashraf ini.
Sumber :
Sahih Bukhari Volume 5 # 369
Dikisahkan oleh Jabir Abdullah :
RASULULLAH BERSABDA, "SIAPA YANG BERSEDIA MEMBUNUH KA`B BIN AL-ASHRAF YANG TELAH MENYAKITI ALLAH DAN RASULNYA?" Dari situ Maslama berdiri dan berkata, "Oh, Rasulullah! Apakah kamu suka kalo saya membunuhnya? " Nabi bersabda, "Ya". Maslama berkata, "Kalo begitu BIARKAN SAYA MEMFITNAH (dengan kata lain menipu Ka`. NABI BERSABA, "ANDA BOLEH MENGATAKAN DEMIKIAN."
Maslama pergi ke Ka`b dan berkata, "Orang itu (i.e Muhammad) meminta Sadakah (i.e Zakat, pajak) dari kita, dan dia menyebabkan masalah pada kita, dan saya dating untuk meminjam sesuatu dari mu." Untuk itu, Ka`b berkata, "Oleh Allah, kamu akan cape (bosan) menghadapi dia (Muhammad)!" Maslama berkata, "Sekarang sejak kami sudah mengikutinya, kami tidak mau meninggalkan dia dan sampai kami melihat bagaimana dia akhirnya. Sekarang kami mau kamu meminjamkan kepada kami satu atau dua truk onta penuh dengan makanan." Ka`b berkata, "Ya, tapi kamu mesti memberikan jamiman pada saya." Maslama dan temannya berkata, "Apa yang kamu mau?" Ka`b menjawab, "Jaminkan perempuan anda pada saya". Mereka berkata, "Bagaimana mungkin kami menjaminkan perempuan kami pada anda dan anda adalah yang terganteng daripada semua orang Arab?" Ka`b berkata, "Kalau begitu jaminkan anak anda kepada saya." Mereka berkata, "Bagaimana mungkin kami menjaminkan anak-anak kami kepada mu? Di waktu yang akan datang, mereka akan dihina oleh orang-orang bahwa si anu telah dijaminkan untuk satu truk onta penuh makanan. Hal itu akan membuat kami malu, tapi kami akan menjaminkan senjata kami kepadamu."
Maslama dan temannya menjanjikan pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia datang ke Ka`b pada malam harinya bersama dengan saudara lelaki angkat Ka`b, Abu Na`ila. Ka`b mengundang mereak untuk masuk kedalam rumahnya dan pergi bersama dengan mereka. Isterinya menanyakan padanya, "Kemana engkau akan pergi di waktu malam demikian?" Ka`b menjawab, "Tidak lain tetepai Maslama dan saudara angakat saya abu Na`ila yang datang." Isterinya berkata, "Saya mendengar suara seakan-akan darah bercucuran darinya." Ka`b berkata, "Mereka tidak lain tetapi saudara saya Maslama dan saudara angkat saya Abu Na`la. Seorang yang murah hati selayaknya memenuhi undangan untuk melewatakan malam hari walaupun jika diundang untuk dibunuh."
Maslama pergi dengan kedua lelaki tersebut. Jadi Maslama masuk bersama dengan dua orang, dan berkata kepada mereka, "Ketika Ka`b datang, saya akan menyentuh rambutnya dan menciumnya, dan ketika kamu melihat bahwa saya telah memegang kepalanya, pukulah dia. Saya akan membiarkan anda mencium kepalanya."
Ka`b bin al-Ashraf turun dan menghampiri mereka dalam pakaiannya, dan menyebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Saya belum pernah mencium wangi yang lebih baik dari pada ini." Ka`b menjawab, "Saya mempunyai wanita Arab terbaik yang mengetahui cara penggunaan parfum kelas tinggi." Maslaam meminta Ka`b, "Bolehkan saya mencium kepala anda?" Ka`b berkata, "Boleh." Maslama menciumnya dan membuat temanya menciumnya juga. Kemudian dia meminta Ka`b lagi, "Apakah saya boleh (mencium kepala anda)?" Ka`b berkata, "Boleh." Ketika Maslama berhasil memegangnya erat, dai berkata (kepada teman-temannya) , "Tangkap dia!" KEMUDIAN MEREKA MEMBUNUHNYA dan pergi kepada nabi untuk memberitahukan kepadanya.
Atau sumber kuno lainnya :
Dari Ibn Sa'd,
Kitab Al Tabaqat Al Kabir, volume 1, halaman 37 :
Mereka (Maslama dan teman-temannya) memotong kepalanya (Ka` dan membawanya …. MEREKA MENYUGUHKAN KEPALA KA`B DIHADAPAN MUHAMMAD. DIA (NABI) MEMUJI ALLAH ATAS KEMATIANNYA (KA`.
Jadi seseorang bisa dengan mudah dibunuh hanya karena tulisannya. Padahal apa yang ditulis oleh Kaab hanyalah lirik yang menyesalkan banyaknya orang Quraish yang meninggal. Tuduhan bahwa Kaab menulis lirik yang menghina muslimah tidak pernah dibuktikan terbukti dengan tidak adanya dalam kutipan Ibn Ishaq diatas.
Jadi karena Muhammad SAW tidak senang dengan tulisan Kaab bin Al Ashraf, MAKA DIBUNUHNYALAH ORANG TERSEBUT DENGAN CARA YANG LICIK, DIMALAM HARI DAN DENGAN PENIPUAN.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Tampaknya Muhammad SAW memang adalah orang yang tidak bisa memaafkan orang lain. Dan ironis sekali karena Muhammad SAW sendiri ternyata melanggar apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.
QS 5 : 13 : ………… dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka MAAFKANLAH MEREKA DAN BIARKAN MEREKA, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik
Jadi bagi Muhammad SAW adalah LEBIH BAIK MEMUASKAN DENDAMNYA DARIPADA MENGIKUTI PERINTAH ALLAH SWT untuk memaafkan dan membiarkan dan menjadi orang baik-baik.
4. IBN SUNAYNA (KEBENCIAN RAS)
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 194
Rasulullah berkata, "BUNUH SETIAP YAHUDI yang jatuh kedalam kekuasaanmu" . Setelah itu Muhayyisa bin Mas'ud menyergap dan menyerang Ibnu Sunayna seorang pedagang Yahudi yang sebenarnya mempunyai hubungan sosial dan bisnis dengan mereka dan dia membunuhnya.
SUNNAH NABI YANG SANGAT KEJI. Membunuh setiap Yahudi hanya karena dia terlahir sebagai Yahudi. Tidak perduli apakah si Yahudi benar atau salah. Sungguh ironis, muslim senantiasa menuduh Yahudi membenci Islam, namun sunah nabi diatas jelas menunjukkan sebaliknya, Muhammad SAWlah yang sangat membenci Yahudi.
Pembunuhan ini dikecam oleh saudara Muhayyisa yang bernama Huwayissa yang menyatakan, "Kamu membunuhnya sedangkan banyak lemak diperutmu berasal dari kekayaannya" (halaman 194)
Cerita kemudian berkembang dimana Huwayyisa tertarik dengan Islam karena kepatuhan Muhayyisa untuk mentaati Muhammad SAW.
Sumber :
Ibid, halaman 194
"Demi Allah, jika Muhammad memerintahkanmu untuk membunuhku, apakah engkau akan melakukannya" . Dia (Muhayyisa) berkata, "Ya, demi Allah, seandainya dia memerintahkan aku untuk membunuhmu aku akan melakukannya" . Dia (Huwayyisa) berkata, "Sungguh menakjubkan agama yang dapat membuatmu menjadi seperti ini!". Dan mulai saat itu dia (Huwayyisa) masuk Islam.
Kisah yang sangat ironis. Huwayyisa tertarik dengan Islam karena kepatuhan saudaranya terhadap apa yang diperintahkan Muhammad SAW. TERMASUK KEPATUHAN UNTUK MEMBUNUH SAUDARANYA SENDIRI.
KOMENTAR DARI ALKITAB
Sangat berbeda dengan pengajaran Yesus.
Matius 19:18
Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "JANGAN MEMBUNUH, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
Jadi bagaimana mungkin muslim MENGAKU beriman kepada nabi Isa sementara pengajaran Isa dengan sunnah Muhammad SAW adalah jauh bertolak belakang.
Bahkan Rasul Paulus, YANG DENGAN KEJI DITUDUH OLEH MUSLIM sebagai rasul palsupun mangajarkan hal yang sama dengan Yesus, yaitu :
Roma 13 : 9 :
Karena firman: jangan berzinah, JANGAN MEMBUNUH, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
Jadi dalam hal ini rasul Paulus adalah pengikut setia dan benar dari nabi Isa, sementara Muhammad SAW justru menentang apa yang diajarkan oleh nabi Isa.

5. SALLAM IBN ABUL-HUQAIQ (PEMBUNUHAN UNTUK KEPUASAN)
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 324 – 325
…., muncullah masalah Sallam ibn Abdul Huqaiq yang dikenal sebagai Abu Rafi berkaitan dengan mereka yang telah mengumpulkan orang-orang dari berbagai suku untuk bersama-sama melawan Rasulullah ……. Maka Khazraj meminta kepada Rasulullah dan DIIJINKAN OLEH BELIAU UNTUK MEMBUNUH SALLAM yang saat itu sedang berada di Khaibar.
……..
Ketika Aus telah membunuh Kaab karena sikap permusuhannya terhadap Rasulullah, segera Khazraj mengucapkan kata-kata itu dan bertanya kepada kaumnya sendiri siapakah yang begitu memusuhi rasulullah sebagaimana Kaab?. Merekapun segera ingat kepada Sallam yang berada di Khaibar dan meminta izin Rasulullah untuk membunuhnya dan merekapun diijinkan. ………..
Saat mereka telah sampai di Khaibar segera mereka mendatangi rumah Sallam di malam hari …. ISTRI SALLAM KELUAR DAN MENANYAKAN SIAPAKAH MEREKA DAN DIJAWABLAH BAHWA MEREKA ADALAH ORANG-ORANG ARAB YANG MENCARI MAKANAN. MAKA MEREKAPUN DIPERBOLEHKAN MASUK. Ketika kami masuk kami segera mengunci pintu kamarnya karena kami khawatir akan ada yang menghalangi kami.
………
Setelah kami menebaskan pedang padanya, ABDULLAH BIN UNAIS MENUSUK PERUTNYA SAMPAI TEMBUS …….
MUHAMMAD SAW MEMBUNUH SALLAM HANYA UNTUK MEMUASKAN KEINGINAN BANI KHAZRAJ yang ingin berjasa seperti bani Aus yang telah membunuh Kaab bin Al Ashraf.
Pembunuhan diatas ditambah lagi dengan KEBOHONGAN DENGAN MEMANFAATKAN KEBAIKAN HATI KELUARGA SALLAM yang mau menerima mereka untuk memberi makan.
Sungguh ironis sekali.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Lagi-lagi Muhammad SAW melanggar perintah Allah SWT yang lain lagi.
QS 15 : 85 :
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, MAKA MAAFKANLAH (MEREKA) DENGAN CARA YANG BAIK.
Bagi Muhammad adalah lebih baik menuntaskan dendamnya daripada mengikuti perintah Allah SWT untuk memaafkan dengan cara yang baik.

6. UMAIYA BIN KHALAF ABI SAFWAN (BENCI KARENA GAGAL MERAMPOK)
Sumber :
Bukhari Volume 4, buku 56, Nomor 826:
Dikisahkan oleh 'Abdullah bin Mas'ud:
Sad bin Muadh datang ke Madinah dengan tujuan untuk melakukan umrah dan dia tinggal di rumah Umaiya bin Khalaf Abi Safwan ……... Umaiya berkata kepada Sa'd, "Tunggulah hingga siang hari saat orang-orang berada dirumah mereka, baru kamu pergi melakukan tawaf mengelilingi Kabah". Saat Sad sedang mengelilingi Kabah, Abu Jahl mendatanginya dan berkata, "Siapa itu yang sedang bertawaf?" Sad menjawab, "Aku Sad". Abu Jahl berkata, "Apakah kamu aman sekalipun kamu pernah memberikan perlindungan kepada Muhammad dan sahabat-sahabatnya. ?" Sad berkata, "Ya", dan mereka mulai bertengkar. Umaiya berkata kepada Sad, "Jangan bertengkar dengan Abu Jahl karena dia adalah pemimpin Mekkah". Sad kemudian berkata kepada Abu Jahl, "Demi Allah, jika kamu menghalangi aku bertawaf, Aku akan menghancurkan perdaganganmu dengan Syam". Umaiya terus berusaha menenangkan Sad. Sad menjadi marah dan BERKATA KEPADA UMAIYA, "PERGILAH DARIKU KARENA AKU MENDENGAR MUHAMMAD AKAN MEMBUNUHMU". Umaiya bertanya, "Apakah Muhammad benar akan membunuhku?" . Sad berkata, "Ya!". Umaiya berkata, "Demi Allah, jika Muhammad berkata sesuatu, dia tidak akan berbohong". ………. Maka ketika kaum Quraish menuju ke Badar dan menyatakan perang, …..istri Umaiya berkata, Tidaklah kamu mengingat apa yang dikatakan saudaramu yaitu Sad". (cat : bahwa Muhammad akan membunuh Umaiya) Umaiya memutuskan tidak berperang tetapi Abu Jahl berkata kepadanya, "Kamu aalah dari keluarga bangsawan di Mekah, maka kamu harus ikut kami untuk satu atau dua hari." UMAIYA PERGI BERSAMA MEREKA DAN ALLAH KEMUDIAN MEMBUNUHNYA.
Kebencian Muhammad SAW tampaknya dipicu karena KEGAGALANNYA UNTUK MERAMPOK BARANG DAGANGAN UMAYYA BIN KHALAF. Namun siapa sih orang yang mau barang dagangannya dirampok, sekalipun yang merampok mengaku sebagai utusan Allah SWT dan mungkin kegiatannya merampok atas wahyu Allah SWT.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad SAW
Muhammad Husain Haekal
BAGIAN KEDUABELAS: SATUAN-SATUAN DAN BENTROKAN-BENTROKAN PERTAMA
Lalu ia mengadakan persekutuan dengan pihak Banu Dzamra; bahwa sebulan sesudah itu ia pergi lagi mengepalai 200 orang dari Muhajirin dan Anshar - menuju Buwat dengan SASARAN SEBUAH KAFILAH YANG DIPIMPIN O]EH UMAYYA B. KHALAF yang terdiri dari 2.500 ekor unta dikawal oleh 100 orang pasukan perang. Tapi juga sudah tidak bertemu lagi, sebab mereka sudah MENGAMBIL HALUAN LAIN, bukan jalan kafilah
Jadi setelah berada di Medinah, Muhamamd SAW sering malakukan penyerangan terhadap kafilah-kafilah Quraish untuk merampok mereka.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 97, 121
Ekspedisi Besar ke Lembah Badar
Kemudian Rasulullah mendengar bahwa Abu Sufyan bin Harb datang dari Syria dengan sebuah kereta besar kaum Quraish yang membawa uang dan barang dagangan …… beliau memanggil orang-orang Islam dan berkata, "INI ADALAH KERETA QURAISH YANG BERISIKAN HARTA KEKAYAAN MEREKA. BERANGKATLAH UNTUK MELAKUKAN PENYERANGAN, semoga Allah memberikan keberhasilan kepada kita."……….
……….
Kemudian Rasulullah memerintahkan agar semua BARANG RAMPASAN PERANG yang telah dikumpulkan didalam tenda dibawa bersama-sama ……
Akibat perampokan inilah yang kemudian memicu terjadinya perang Badar yang merenggut sangat banyak korban jiwa dari kedua belah pihak.
Umayya sendiri akhirnya mati karena dibunuh oleh Bilal yang mendendam karena pernah disiksa oleh Umayya. Tampaknya agama Islam yang dipeluknya tidak dijalankannya dengan benar.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad SAW
Muhammad Husain Haekal
BAGIAN KETIGABELAS : PERANG BADR
Bilal melihat Umayya b. Khalaf dan anaknya, begitu juga beberapa orang Islam melihat mereka yang dikenalnya di Mekah dulu. Umayya ini adalah orang yang pernah menyiksa Bilal dulu, ketika ia dibawanya ketengah-tengah padang pasir yang paling panas di Mekah. Ditelentangkannya ia di tempat itu lalu ditindihkannya batu besar di dadanya, dengan maksud supaya ia meninggalkan Islam. Tetapi Bilal hanya berkata: "Ahad, Ahad. (Yang Satu, Yang Satu.)"
Ketika dilihatnya Umayya, Bilal berkata : "Umayya, moyang kafir. Takkan selamat aku, kalau kau lolos!"
Beberapa orang dari kalangan Muslimin mengelilingi Umayya dengan tujuan jangan sampai ia terbunuh dan akan dibawanya sebagai tawanan.
Tetapi Bilal di tengah-tengah orang banyak itu berteriak sekeras-kerasnya:
"Sekalian tentara Tuhan! Ini Umayya b. Khalaf kepala kafir. Takkan selamat aku kalau ia lolos."
Orang banyak berkumpul. Tetapi Bilal tak dapat diredakan lagi, DAN UMAYYA DIBUNUHNYA.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
MUHAMMAD SAW SENDIRI MENCURI dan ironisnya dalam salah satu perintahnya Allah SWT memberikan syarat untuk bisa diampuni Allah SWT adalah TIDAK MENCURI.
QS 60 : 12 :
Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, TIDAK AKAN MENCURI, tidak akan berzina, ……. maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kegiatan rampok merampok bahkan DIKECAM OLEH ALLAH SWT. NAMUN TOH TETAP DILAKUKAN OLEH MUHAMMAD SAW.
QS 29 : 67 :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, SEDANG MANUSIA SEKITARNYA RAMPOK-MERAMPOK. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?
Kegiatan merampok dan mencuri bahkan diancam hukuman potong tangan. Namun hukuman potong tangan ini tampaknya tidak berlaku bagi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutny a. Jadi perintah ini dilanggar sendiri oleh Muhammad SAW.
QS 5 : 38 :
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang MENCURI, POTONGLAH TANGAN KEDUANYA (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sangat jelas bahwa Muhammad SAW dan pengikut-pengikutny a telah mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an sendiri, dan Al-Qur'an memang sudah memperingatkan hal ini.
QS 6 : 49 :
Dan orang-orang yang MENDUSTAKAN AYAT-AYAT KAMI, mereka akan ditimpa SIKSA disebabkan mereka selalu BERBUAT FASIK.
Jadi sikap mendengar tapi tidak mau melaksanakan adalah sikap dari orang-orang fasik. Pengertian fasik sendiri adalah :
Sumber :
Kamus Umum Bahasa Indonesia
WJS Poerwadarminta
PN Balai Pustaka, Jakarta 1976
Fasik : tidak pedulikan perintah Tuhan (berarti : buruk kelakuan, jahat, berdosa besar)
Karena bersikap fasik, maka ada siksaan yang harus dialami :
1. Muhammad SAW meninggal sebagai akibat racun yang diberikan oleh seorang wanita Yahudi di Khaibar
2. Umar meninggal karena dibunuh didalam masjid
3. Usman meninggal dihajar ramai-ramai dan ditikam di rumah kediamannya.
4. 4 Desember 1974 : 191 jemaah haji asal Indonesia meninggal ketika pesawat Dutch DC-8 yang membawa pulang ke tanah air mengalami kecelakaan di Srilanka
5. Juli 1987 : 400 jemaah haji meninggal, terutama berasal dari jemaah Shiah Iran, setelah mereka terlibat pertempuran dengan tentara Kerajaan Arab Saudi
6. 2 Juli 1990 : 1.426 jemaah haji meninggal akibat saling injak di Haratul Lisan (terowongan Mina), dari jumlah tsb. 649 orang berasal dari Indonesia.
7. Juli 1991 : 261 jemaah haji asal Nigeria meninggal setelah pesawat yang mengangkut mereka pulang mengalami kecelakaan.
8. 23 Mei 1994 : 270 jemaah haji meninggal akibat berdesak-desakan saat melempar jumrah di Mina. Dari jumlah tsb, 6 orang berasal dari Indoensia.
9. 15 April 1997 : 340 jemaah meninggal dan 1.500 lainnya luka-luka akibat kebakaran yang menimpa tenda-tenda jemaah di Mina. Sejak peristiwa itu, mulai digunakan tenda antiapi.
10. 9 April 1998 : 180 jemaah haji meninggal akibat berdesak-desakan di dekat Mekah saat menjelang akhir pelaksanaan ibadah haji.
11. Maret 2001 : 35 orang jemaah haji meninggal, juga dalam ritual melempar jumrah di Mina.
12. Februari 2003 : 35 jemaah haji meninggal saat melempar jumrah di Mina.
13. 1 Februari 2004 : 244 jemaah haji meninggal dan 244 lainnya luka- akibat berdesak-desakan saat melempar jumrah di Jamarat Mina.
Selain bersifat fasik, tindakan mendustakan ayat-ayat Allah disamakan dengan kaum kafir dan penghuni neraka.
QS 2 : 39 :
Adapun orang-orang yang KAFIR DAN MENDUSTAKAN AYAT-AYAT KAMI, mereka itu PENGHUNI NERAKA; mereka kekal di dalamnya.
KOMENTAR DARI ALKITAB
Tindakan fasik seperti inilah yang sudah diingatkan oleh Rasul Paulus yaitu mengucapkan perintah tapi tidak melaksanakan atau hanya sekedar omong kosong.
2 Timotius 2 : 16 :
tetapi hindarilah OMONGAN YANG KOSONG dan yang tak suci yang hanya menambah KEFASIKAN.
Dan Rasul Paulus sudah mengajarkan agar tindakan fasik ini ditinggalkan.
Titus 2 : 12 :
Ia mendidik kita supaya KITA MENINGGALKAN KEFASIKAN DAN KEINGINAN-KEINGINA DUNIAWI dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini
Apa itu keinginan duniawi?
Ya antara lain adalah kawin mawin sebanyak-banyaknya, bebas menggauli budak-budak, merampok, membunuh, memfitnah, curiga, tidak mau memaafkan dll.

7. AMIR BIN JIHASY BIN KAAB (PEMBUNUHAN KARENA CURIGA - 1)

Dikisahkan bahwa sat Muhammad SAW mengunjungi bani Nadhir, seorang dari mereka yaitu Amir bin Jihasy bin Kaab BERMAKSUD menjatuhkan batu keatas Muhammad SAW saat sedang duduk.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 270
Rasulullah duduk disebelah dinding rumah salah seorang diantara mereka pada saat itu. Amir bin Jihasy bin Kaab mengajukan diri untuk melakukannya dan NAIK KE ATAS UNTUK MENJATUHKAN BATUNYA. Ketika rasulullah sedang berada bersama sejumlah pengikutnya yang diantaranya adalah Abu Bakar, Umar dan Ali, DATANGLAH KABAR UNTUKNYA DARI SURGA mengenai orang-orang yang dimaksud dan kemudian beliau berdiri dan berkata kepada rombongannya, "Jangan kemana-mana sampai aku kembali kesini lagi". Dan beliau kembali ke Madinah.
Jadi Muhammad SAW mendapatkan pemberitahuan dari langit bahwa Amir bin Jihasy akan membunuhnya. TUDUHAN YANG TIDAK PERNAH DIBUKTIKAN. Bahkan sahabat-sahabat Muhammad sendiri tidak mengetahui alasan Muhammad SAW meninggalkan mereka di bani Nadhir.
Sumber :
Ibid, halman 270 - 271
Ketika para sahabat itu merasa telah lama menunggu Rasulullah, maka BANGKITLAH MEREKA UNTUK MENCARINYA dan menjumpai seseorang yang baru tiba dari Medinah dan menanyakan kepadanya mengenai beliau. Dikatakannya bahwa dia telah melihat beliau masuk Madinah, dan berangkatlah mereka, dan ketika mereka menemukan beliau, oleh Rasulullah MEREKA DIBERITAHU tentang penghianatan orang-orang Yahudi (cat : bani Nadhir) yang ditujukan pada beliau. Rasulullah memerintahkan mereka untuk menyiapkan diri untuk berperang …. Untuk mendatangi mereka.
Bani Nadhir yang memang tidak memiliki kekuatan bersenjata, akhirnya menyerah dan harus merelakan hartanya dirampok oleh Muhammad SAW.
Sumber :
Ibid, halaman 271
Mereka meninggalkan harta bendanya kepada Rasulullah yang dapat digunakan menurut kehendak dan kebijakan beliau.
Namun Muhammad tidak dapat melupakan dendam pribadinya karena pernah MERASA AKAN dilempar batu oleh Amir bin Jihasy, dan hukuman matilah yang dijatuhkan.
Sumber :
Ibid, halaman 272
Salah seorang keluarga Yamin mengatakan kepada saya bahwa Rasulullah mengatakan kepada Yamin, "Pernahkan kamu melihat bagaimana sepupumu menerimaku dan apakah yang ingin dia lakukan ?". Maka kemudian Yamin memberi uang kepada seseorang dan menyuruhnya membunuh Amir bin Jihasy dan diapun membunuhnya.
Luar biasa, nyawa seseorang harus melayang KARENA KECURIGAAN MUHAMMAD SAW yang MERASA akan ditimpa batu. Kecurigaan yang tidak pernah diklarifikasi dan dibuktikan.
Melihat dari kisah diatas sangat mungkin bahwa Muhammad SAW memang MENYEBAR FITNAH bahwa dia akan ditimpa batu oleh Amir bin Jihasy agar mendapatkan legitimasi untuk menyerang dan merampok kekayaan bani Nadhir.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Apa yang dikatakan tentang fitnah.
QS 68 : 10 – 11 :
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang BANYAK BERSUMPAH lagi hina,
yang banyak mencela, yang kian ke mari MENGHAMBUR FITNAH
Ayat diatas tampaknya mengena bagi Muhammad SAW karena beliau sendiri gemar bersumpah.
Sumber :
Sejarah Hidup Muhammad SAW
Muhammad Husain Haekal
Bagian keenambelas : Pengaruh Uhud
Tetapi Muhammad jadi marah karena sikap lemah dan mau surut itu. IA BERSUMPAH mengatakan kepada mereka, bahwa ia akan pergi juga ke Badr walaupun seorang diri.
Begitupula saat Muhamamad SAW bersumpah kepada istri-istrinya dan kemudian harus dibatalkan dengan bantuan ayat Al-Qur'an.
Sumber :
Ibid
Bagian keduapuluh enam : Ibrahim dan Istri-Istri Nabi
Muhammad segera menyadari bahwa rasa cemburulah yang telah mendorong Hafsha menyatakan apa yang telah disaksikannya itu serta membicarakannya kembali dengan Aisyah atau isteri-isterinya yang lain. Dengan maksud hendak menyenangkan perasaan Hafsha, ia bermaksud HENDAK BERSUMPAH MENGHARAMKAN MARIA BUAT DIRINYA kalau Hafsha tidak akan menceritakan apa yang telah disaksikannya itu.
………….
Ia pergi ke mesjid, dan dengan suara keras ia berkata kepada mereka: "Rasulullah - s.a.w. - tidak menceraikan isterinya." Sehubungan dengan peristiwa inilah ayat-ayat suci ini turun:
"Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan sesuatu yang oleh Tuhan dihalalkan untukmu; hanya karena engkau ingin memenuhi segala yang disenangi para isterimu? Dan Allah jua Maha Pengampun dan Penyayang. Tuhan telah MEWAJIBKAN KAMU MELEPASKAN SUMPAH KAMU ITU. Dan Tuhan jua Pelindungmu, Dia mengetahui dan Bijaksana."

8. SEORANG YANG TIDAK DIKENAL (PEMBUNUHAN KARENA CURIGA - 2)
Tampaknya Muhammad SAW memang memiliki tingkat kecurigaan yang sangat tinggi. Kisah berikut ini membuktikan dimana nyawa seseorang sungguh tidak berarti dimata Muhammad SAW.
Sumber :
Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomor 286:
Dikisahkan oleh Salama bin Al-Akwa :
Seorang mata-mata kafir datang kepada Rasulullah saat dalam satu perjalanannya. Mata-mata tersebut duduk bersama sahabat-sahabat nabi dan bercakap-cakap kemudian pergi. Rasulullah berkata kepada sahabat-sahabatnya, "KEJAR ORANG TADI DAN BUNUH DIA". Maka aku membunuhnya.
Bahkan siapa nama orang yang dituduh mata-mata itupun tidak diketahui. Tidak juga ada usaha klarifikasi atas tuduhan Muhammad SAW.
Betapa tidak berharganya nyawa orang tersebut. Tidakkah terpikir bagaimana nasib istri dan anak-anaknya?
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Lagi-lagi Muhammad SAW melanggar perintah berikut yaitu agar tidak kebanyakan purba sangka.
QS 49 : 12 :
Hai orang-orang yang beriman, JAUHILAH KEBANYAKAN PURBA-SANGKA (kecurigaan) , karena sebagian dari purba-sangka itu DOSA

9. ABU AFAK (PEMBUNUHAN KARENA SYAIR)

Salah satu pembunuhan yang paling tidak pandang bulu adalah pembunuhan seorang KAKEK TUA RENTA YANG TELAH BERUMUR 120 TAHUN yaitu Abu Afak hanya karena Abu Afak menuliskan syair mengecam Muhammad SAW.
Sumber
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 233 - 234
Abu Afak adalah salah seorang dari bani Amr bin Auf dari kelompok bani Ubaidah. Dia menunjukkan kemunafikannya ketika Rasulullah membunuh Harits bin Suwaid bin Samit dan berkata :
Aku telah hidup lama tetapi aku tidak pernah menemui
Sebuah kelompok atau perkumpulan orang
Yang lebih setia kepada tanggungjawab mereka
Dan sekutu-sekutu mereka ketika memanggil mereka
Daripada keturunan Qaila ketika mereka sedang berkumpul
Orang-orang yang melempar gunung dan tidak pernah menyerah
Penunggang kuda yang datang kepada mereka memecah mereka menjadi dua (mengtakan)
"Izinkan", "Jangan izinkan" segala amalan dan tindakan
Jika engkau percaya akan kejayaan atau kerajaan
Engkau akan mengikuti Tuba
Rasulullah berkata, "SIAPA YANG BERSEDIA MEMBUAT PERHITUNGAN DENGAN BAJINGAN INI UNTUKKU?" Kemudian Salim bin Umair dari bani Amr bin Auf salah satu dari para penangis berangkat dan membunuh dia………
Atau menurut sumber kuno berikut :
Kitab Al Tabaqat Al Kabir Volume 2,
Ibn Sa`d, halaman 32 :
(terjemahan oleh sdr. Nomind)
Kemudian terjadi serangan ("sariyyah") oleh Salim Ibn Umayr al-Amri terhadap Abu Adak, orang Yahudi pada (bulan) Shawwal dipermulaan dari bulan ke duapuluh dari hijrah Rasulullah. Abu Afak adalah dari Bani Amr Ibn Awf dan seorang yang sudah tua yang telah mencapai umur 120 tahun. Dia seorang Yahudi, dan dulunya pernah menghasut orang-orang untuk menentang Rasulullah, dan menyusun bait-bait puisi yang bersifat menyindir (Muhammad).
Salim Ibn Umayr yang adalah salah seorang yang paling berduka yang berpartisipasi dalam perang Badr berkata, "Saya bersumpah bahwa saya harus membunuh abu Afak atau mati dihadapannya. " Dia menunggu kesempatannya sampai suata malam yang panas datang, dan Abu Afak tidur di ruang terbuka. Salim Ibn Umayr mengetahui hal ini, sehingga dia MENUSUKKAN PEDANGNYA PADA HATI ABU AFAK DAN MENEKANNYA SAMPAI TEMBUS KE KASURNYA. Musuh Allah berteriak dan orang-orang yang menjadi pengikutnya segera datang kepadanya, membawa dia ke rumahnya dan menguburkannya.
Abu Afak menuliskan syair-syairnya di Medinah yang mengkritisi Muhammad SAW. Abu Afak menilai bahwa pengajaran Muhammad SAW sering diubah-ubah, tercermin dari kritikannya "Izinkan" dan "Jangan izinkan". Selain itu Abu Afak menyerukan untuk mengikuti Tuba yang adalah seorang raja dari Yaman yang beragama Yahudi.
Namun tidak ada satu catatanpun dimana Abu Afak membujuk kaumnya untuk melakukan kekerasan fisik terhadap Muhammad SAW. Seorang yang berumur 120 tahun, sudah barang tentu bukanlah ancaman bagi Muhammad SAW secara fisik.
Namun karena Abu Afak telah berani mengkritik Muhammad SAW dan karena dia adalah keturunan Yahudi, maka nasib sudah ditentukan yaitu Abu Afak harus mati apapun penyebabnya.
Tidakakah Anda melihat bahwa pembunuhan terhadap Abu Afak seorang tua renta oleh Salim seorang pejuang Muslim dengan cara mencuri-curi pada saat Abu Afak tertidur lelap sebagai perbutaan yang sangat pegecut?
Apakah ada yang berani mempertanyakan kediktatoran Muhmmad dan para sahabat? Adakah yang berani vokal pada jaman Orba? Adakah rakyat Irak yang berani menentang Saddam Hussein sebelum jatuh? Apakah yang akan terjadi pada mereka yang berani menentang para diktator? Jawabnya, jelas akan dibunuh dengan keji.
Apakah hanya karena sindrian dari puisi dan kata-kata Abu Afak yang tidak berkenan dihati Muhammad, nyawanya bisa diambil oleh Muhammad begitu saja? Apakah ini standard moral Muhammad sebagai seorang utusan Allah?
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Tampaknya bagi Muhammad SAW membunuh seorang kakek tua renta yang sudah ompong hanyalah hal kecil saja dan tidak ada artinya.
Kekejian ini bisa jadi adalah inspirasi dari syaitan sesuai peringatan ayat berikut :
QS 2 : 169 :
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

10. ASMA BINTI MARWAN (NASIB MUNIR WANITA)
[I](by Nomind)
Begitulah yang terjadi sesudah pembunuhan Abu Afak yang tua renta yang sudah tidak bergigi itu. Asma bint Marwan menyuarakan ketidakpuasan atas kekejaman dan ketidakadilan Muhammad dalam memerintahkan pembunuhan Abu Afak. Karena berani mempertanyakan perbuatan keji Muhammad, nyawa Asma bint Marwan pun melayang sia-sia tanpa bekas. Kambing pun tidak akan peduli, begitulah kira-kira pernyataan Muhammad setelah Asma dibunuh.[/I]
Sumber
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 2, halaman 233 - 234
Asma adalah dari bani Umayyah bin Zaid. Ketika Abu Afak terbunuh dia menunjukkan kemunafikannya. Abdullah bin Harits bin Fudail dari ayahnya mengatakan bahwa di dinikahi seseorang dari bani Khatma yang bernama Yazid bin Zaid. Dia mencaci-maki Islam dan para pengikutnya dengan mengatakan :
Aku memangdang rendah Bani Malik dan Al Nabit
Dan auf dan bani Khazeaj
Engkau mematuhi orang asing yang bukan golonganmu
Dia bukan Murad atau Madhhij
Apakah yang engkau harapkan darinya setelah kematian pemimpinmu
Seperti orang yang kelaparan yang menantikan kaldu
Tidak adakah orang yang berani menyerang dia dengan kejutan
Dan mematahkan harapan mereka yang menantikan sesuatu darinya
……….
Ketika Rasulullah mendengar apa yang dia katakan, beliau berkata, "SIAPA YANG AKAN BERANGKAT UNTUK MEMBEBASKAN AKU DARI PUTRI MARWAN ITU?" Umair bin Adiy al Khatami yang saat bersama beliau mendengarnya dan pada tengah malam dia pergi kerumah Asma dan membunuhnya. Dia menemui Rasulullah esok harinya dan menceritakan kepada beliau apa yang telah terjadi dan beliau berkata, "Wahai Umair, engkau telah menolong Allah dan Rasulullah". Ketika dia berkata bagaimana jika dia mendapat ancamanatau akibat buruk, beliau menjawab, "dua ekor kambing tidak akan menandukkan kepala mereka karena kematiannya" .
……..
Atau sumber kuno berikut :
Kitab al-Tabaqat al-Kabir, terjemahan S. Moinul Haq, Vol. 2, hal. 31
Ibn Sa'd

SERANGAN (SARIYYAH) UMAYR IBN ADI
Kemudian terjadilah serangan (sariyyah) Umayr ibn Adi Ibn Kharashah al-Khatmi terhadap Asma Bint Marwan dari Bani Umayyah Ibn Zayd, ketika lima malam sebelum bulan suci Ramadhan, dipermulaan bulan keduapuluh sejak hijrah Rasulullah. Asma adalah isteri Yazid Ibn Zayd Ibn Hisn al-Khatmi. Dia sebelumnya pernah mencerca Islam, menyakiti hati nabi (Muhammad) dan mempengaruhi orang-orang menentang dia. Dia membuat bait-bait puisi. UMAYR IBN ADI MENDATANGINYA PADA MALAM HARI DAN MASUK KE RUMAHNYA. ANAK-ANAKNYA SEDANG TIDUR DI SEKITARNYA. ADA SATU YANG SEDANG DIA SUSUI. DIA (UMAYR) MENCARINYA DENGAN TANGANYA KARENA DIA BUTA, DAN MEMISAHKAN ANAK ITU DARINYA. DIA MENGHUJAMKAN PEDANGNYA DI DADANYA HINGGA TEMBUS KE PUNGGUNGNYA. Kemudian dia melakukan sholat pagi bersama dengan nabi (Muhammad) di al-Madina. Rasulullah bersabda padanya: "Apakah kamu sudah membantai anak perempuan Marwan?" Dia berkata: "Sudah. Apakah adalah hal lain yang perlu saya lakukan?" Dia (Muhammad) bersabda: "Tidak ada. DUA KAMBING TIDAK AKAN MENGADU KEPALA MENGENAI DIA (Asma)." Inilah adalah kata-kata yang pertama kali didengar dari Rasulullah. Rasulullah memberi julukan kepadanya Umayr, "basir" (yang melihat).
Lagi-lagi suatu pembunuhan keji dan pengecut yang dilakukan oleh pengikut setia Muhammad. Pembunuhan terhadap Abu Afak dan Asma bint Marwan dilakukan dengan sangat pengecut secara diam-diam pada malam hari saat korban sedang tidur lelap. Pembunuhan Asma seorang WANITA YANG SEDANG MENYUSUI ANAKNYA YANG MASIH BALITA adalah sangat kejam. Hanya karena puisinya dan pembelaannya atas kematian Abu Afak yang tua renta, Asma dihabisi oleh Muhammad secara kejam dan keji. Begitu teganya Muhammad menghabisi nyawa seorang perempuan tak berdaya yang mempunyai lima anak dan satu diantaranya masih menyusui. Bisa dibayangkan penderitaan keluarga Asma.
Yang lebih parah lagi, Muhammad mengatakan bahwa kambingpun tidak akan beradu kepala mengenai hal ini. Yang artinya tidak akan ada yang peduli. Memang Muhammad dan pengiktunya tidaklah akan peduli, tapi lima anak Asma yang masih kecil dan keluraganya tentunya sangat peduli
Asma yang memprotes pembunuhan adalah gambaran seorang pembela HAM seperti MUNIR. Dan karena memprotes pembunuhan makanya Asma harus disingkirkan. Betapa miripnya dengan nasib Munir yang memprotes penghilangan aktivis, hidupnya harus berakhir tewas dibunuh dengan diracun
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN :
Lagi-lagi Muhammad SAW melanggar perintah Al-Qur'an yang menyuruh untuk memberikan harta bagi anak-anak yatim. Bukannya mengasihi anak yatim, Muhammad SAW justru membuat anak-anak menjadi yatim. Ironis sekali.
QS 2 : 177 :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya KEBAJIKAN ITU IALAH beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, ANAK-ANAK YATIM,

11. ABDULLAH BIN KHATAL (NASIB ORANG YANG BERPALING DARI ISLAM - 1)
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 3, halaman 54 – 55
Seorang lagi yang harus dibunuh adalah Abdullah bin Khatal dari bani Taim bin Ghalib. Dia pernah menjadi muslim dan diutus Rasulullah untuk mengumpulkan zakat bersama seorang Anshar dengan dibantu seorang bekas budak yang telah merdeka. Ketika mereka beristirahat, Abdullah memerintahkan si bekas budak itu untuk menyembelih kambing dan memasaknya lalu dia menunggunya sambil tidur. Ketika bangun perintahnya ternyata belum dilaksanakan, maka bekas budak itu dibunuhnya dan lalu DIA MENJADI KAFIR……… Abdullah bin Khatal dibunuh oleh Said bin Huraits al Makhzumi dan Abu Barzah al Aslami
Atau menurut sumber hadis berikut :
Sahih Bukhari, volume 5 nomor 582 :
Dikisahkan oleh Anas bin Malik :
Pada hari penaklukan, Rasulullah memasuki Mekah, menggunakan penutup kepala. Ketika Rasulullah melepas penutup kepalanya, seseorang datang dan berkata, "Ibn Khatal sedang memanjat dinding Kabah". RASULULLAH BERKATA, "BUNUH DIA!"
Ibn Khatal akhirnya dibunuh di Kabah.
Sumber :
Kitab al Tabaqat al Kabir, volume 2, halaman 174 :
Ibn Sa'd
Sungguh, Rasullah memerintahkan pengikutnya pada hari kemenangan untuk membunuh Ibn Abi Sarh, Fartana Ibn al-Zibr'ra and Ibn Khatal. Abu Barzah datang dan melihat [B]Ibn Khatal memegang erat dinding Kabah. ABU BARZAH KEMUDIAN MEROBEK PERUT IBN KHATAL.[/B]
Ibn Khatal dibunuh tampaknya karena dia berpaling dari Islam.
Itulah hukuman bagi orang yang pindah agama dari Islam, bunuh!!
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Ibn Khatal telah berusaha untuk berlindung di Kabah, namun tetap dibunuh oleh pengikut Muhammad SAW, padahal katanya Kabah adalah tempat yang diberkahi dan siapapun yang memasukinya akan menjadi aman.
QS 3 : 96 – 97 :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang DIBERKAHI dan menjadi petunjuk bagi semua manusia [214]. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim [215]; BARANGSIAPA MEMASUKINYA (BAITULLAH ITU) MENJADI AMANLAH DIA
Dengan perintah pembunuhan ini maka Muhammad SAW TELAH MENGINGKARI AL-QUR'ANNYA SENDIRI dan menjadikan apa yang ditulis oleh ALQUR'AN SALAH.

12. MIQYAS BIN HUBABAH (NASIB ORANG YANG BERPALING DARI ISLAM - 2)
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 3, halaman 54, 55
Rasulullah telah memerintahkan semua komandan pasukannya untuk hanya menyerang mereka yang melawan, kecuali beberapa orang yang beliau perintahkan untuk dibunuh ……. Kemudian juga Miqyas bin Hubabah yang pernah membunuh seorang Anshar yang membunuh saudaranya secara tidak sengaja, dan setelah itu KEMBALI KEPADA QURAISH SEBAGAI KAFIR ……… sedangkan Miqyas dibunuh oleh Numailah bin Abdullah, seorang pengikutnya sendiri. Saudara perempuan Miqyas berturur :
Demi hidupku, Numaila telah membuat malu kaumnya
Dan mengejutkan orang-orang dikala dia membunuh Miqyas
Siapapun pasti pernah menemui seorang seperti Miqyas
YANG MENYEDIAKAN MAKANAN BAGI PARA IBU MUDA DISAAT-SAAT SULIT.
Miqyas adalah seorang yang murah hati, dia menyediakan makanan bagi para ibu muda dikala sulit. Namun karena DIA TELAH BERPALING DARI ISLAM MAKA NASIBNYA SUDAH JELAS, HARUS DIBUNUH.

13. FARTANAH (KISAH SEDIH SEORANG BIDUANITA)
Bahkan seorang budak wanita yang hanya bisa menyanyipun tidak luput dari perintah pembunuhan.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 3, halaman 55
Beliau juga memerintahkan untuk MEMBUNUH DUA PENYANYI WANITA MILIK ABDULLAH, salah satunya bernama Fartanah, karena mereka biasa menyanyikan lagu sindiran terhadap Rasulullah…… Sedangkan dua orang penyanyi Ibn Khatal, SEORANG TELAH DIBUNUH dan seorang lagi melarikan diri sampai kemudian dia meminta ampunan kepada Rasulullah dan dikabulkan.
Luar biasa, apa yang dimiliki oleh budak wanita yang bernama Fartana itu?.
Kekayaan?? Tidak!
Kekuatan?? Tidak!
Pasukan??? Tidak!
Apakah Fartana merupakan ancaman bagi Muhammad SAW???? Tidak!
Seorang budak wanita yang miskin harus dibunuh karena pernah menyanyi lagu yang membuat Muhammad SAW tersinggung.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Terlihat bagaimana lagi-lagi Muhammad SAW melanggar perintah untuk memperlakukan kaum miskin.
QS 4 : 8 :
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat [270], anak yatim dan ORANG MISKIN, MAKA BERILAH MEREKA DARI HARTA ITU [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka PERKATAAN YANG BAIK.
Jadi bukannya santunan dan perkataan baik yang diterima Fartana, melainkan perkataan "BUNUH" yang dia terima.
Dimana rasa memaafkan orang tidak berdaya itu??
Sementara Muhammad SAW sendiri mengajarkan dalam ayat Al-Qur'an untuk memaafkan :
QS 4 : 149 :
Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau MEMAAFKAN SESUATU KESALAHAN (ORANG LAIN), maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa.
KOMENTAR DARI ALKITAB
Bandingkan dengan pengajaran Rasul Paulus yang dengan keji dituduh Rasul Palsu oleh muslim.
Kolose 3 : 11 :
dalam hal ini TIADA LAGI orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, BUDAK ATAU ORANG MERDEKA, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
Seorang Rasul yang dituduh palsu saja bisa menganggap BUDAK ADALAH SAMA BERHARGANYA DALAM KASIH KRISTUS dan rasul Paulus setelah bertobat tidak pernah memerintahkan pembunuhan seorang budakpun.

14. HUWAIRITS BIN NUQAITS (ANAK JATUH, NYAWA MELAYANG)
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 3, halaman 55
Juga ada Huwairits bin Nuqaits bin Wahab binAbdul bin Qusayi YANG DIBUNUH karena sering menghina Rasulullah di Mekah.
Apa penghinaan yang dilakukan Huwairits?.
Ibid, halaman 357
Menurut catatan Ibn Hisham no. 804 :
Pada suatu hari Abbas menaikkan Fatimah dan Ummi Khultum dua putrid Rasulullah pada seekor unta untuk membawa mereka dari Mekah menuju Madinah dan tiba-tiba al-Huwairits menghalau unta itu sehingga Fatimah dan Umi Kulhum terlempar dan jatuh dari atas unta itu.
Jadi hanya karena kedua putrid Muhammad SAW terjatuh dari unta maka Huwairits harus dibunuh. Padahal bisa saja Huwairits tidak sengaja menghalau unta tersebut, atau bahkan mungkin kedua putri Muhammad SAW tidak berpegangan dengan kencang sehingga terjatuh. Jadi karena anak terjatuh, orang lain harus dibunuh.

15. SARAH (PENGANTAR SURAT YANG MALANG)
SARAH JUGA SEORANG BEKAS BUDAK YANG TIDAK MEMILIKI KEKUATAN APAPUN. Dia pernah membawa surat yang memperingatkan Quraish bahwa Muhammad hendak menyerbu Mekah.
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 3, halaman 46 - 47
….. ketika Rasulullah memutuskan untuk menyerbu Mekah, Hatib bin abu Balta'ah menulis sebuah surat kepada Quraish mengatakan kepada mereka bahwa Rasulullah bermaksud mendatangi mereka. Dia memberikan surat tersebut kepada seorang wanita ….. adalah Sarah, seorang bekas budak……. Wanita tersebut menyembunyikan surat tersebut diatas kepalanya. Rasulullah mendapatkan kabar dari langit tentang apa yang telah dilakukan Hatib dan saat itu juga mengutus Ali dan Zubair bin Awwam untuk mengejar wanita itu…… Merasa terdesak akhirnya wanita itu mengeluarkan surat tersebut dan memberikannya kepada Ali dan kemudian memberikannya kepada Rasulullah ….
Sarah tampaknya berhasil menyelamatkan dirinya. Namun vonis mati tampaknya memang sudah diberikan dan akhirnya dilaksanakan pada saat Umar berkuasa.
Sumber :
Ibid,halaman 56 :
Sementara itu Sarah yang hidup hingga masa kepemimpinan UMAR, DIA DIBUNUH oleh seorang prajurit di satu lembah di Mekah.
Bahkan hingga Muhammad SAW meninggalpun tampaknya hukuman mati kepada Sarah tidak dicabut. Bayangkan Sarah yang miskin, seorang diri dan terlunta-lunta bersembunyi pada akhirnya harus juga menerima kematiannya.
KOMENTAR DARI AL-QUR'AN
Tampaknya ayat berikut ini berlalu bagitu saja :
QS 2 : 177 :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya KEBAJIKAN ITU IALAH beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, ORANG-ORANG MISKIN, MUSAFIR (YANG MEMERLUKAN PERTOLONGAN) dan orang-orang yang meminta-minta

Jadi dari penuturan sumber-sumber Islam sendiri terlihat bagaimana sikap Muhammad SAW terhadap mereka yang pernah "mengkritisi" dirinya.
Terlihat sekali adanya perbedaan sikap antara Muhammad SAW dengan Rasul Paulus.
1. Muhammad SAW
Pada saat Muhammad SAW belum berkuasa, beliau adalah orang yang tidak pernah menyakiti orang lain. Namun begitu kekuasaan dan legitimasi rasul Allah SWT dipegangnya, tindakan balas dendam berupa pembunuhan-pembunuh anlah yang dilakukannya.
2. Rasul Paulus
Pada waktu belum menjadi rasul, beliau adalah orang yang kejam yang bermaksud menganiaya orang-orang Kristen. Namun begitu berjumpa dengan Yesus Kristus semua kekerasan dalam dirinya lenyap dan berganti dengan kasih dan pengajaran.
Ironi paling besar adalah bagaimana SIKAP MUNAFIK yang diperlihatkan :
Perintah-perintah Al-qur'an yang jelas dan gamblang yang DIKLAIM DIHAFAL LUAR KEPALA OLEH RIBUAN MUSLIM sahabat-sahabat Muhammad SAW ternyata dilanggar begitu saja.
Perintah datang kepada Muhamamad SAW, dan Muhammad SAW sendirilah yang mendustakan perintah tersebut. Dan menyedihkannya karena menurut Al-Qur'an, sikap seperti ini diganjar menjadi PENGHUNI NERAKA JAHANAM.
QS 29 : 68 :
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau MENDUSTAKAN YANG HAK [1160] TATKALA YANG HAK ITU DATANG KEPADANYA? BUKANKAH DALAM NERAKA JAHANNAM itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?
Atau jangan-jangan ayat-ayat tentang memaafkan itu dikarang kemudian setelah Muhammad SAW meninggal?? Mungkin saja.